Monday, May 26, 2025
HomeBeritaPoros baru Timur Tengah? Turki dan Suriah perkuat aliansi

Poros baru Timur Tengah? Turki dan Suriah perkuat aliansi

Dalam kunjungan yang tidak diumumkan sebelumnya, Presiden Suriah Ahmad al-Shara secara mendadak tiba di Istanbul, Sabtu (24/5/2025), dan bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan di Istana Dolmabahçe.

Ini merupakan kunjungan ketiga al-Shara ke Turki sejak ia mulai menjabat awal tahun ini.

Pertemuan antara kedua pemimpin berlangsung tertutup dan dihadiri pejabat tinggi dari sektor keamanan dan militer kedua negara.

Dari pihak Turki hadir Menteri Luar Negeri Hakan Fidan, Menteri Pertahanan Yaşar Güler, Kepala Intelijen Nasional Ibrahim Kalın, serta Kepala Badan Industri Pertahanan Haluk Görgün.

Dari pihak Suriah, tampak Menteri Luar Negeri As’ad al-Shibani dan Menteri Pertahanan Marhaf Abu Qasr.

Konteks regional yang krusial

Kunjungan ini berlangsung dalam konteks regional dan internasional yang sangat signifikan. Ia bersamaan waktunya dengan pengumuman resmi Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa yang mencabut sanksi ekonomi terhadap Suriah.

Keputusan itu menandai perubahan besar dalam kebijakan Barat pasca kejatuhan rezim Bashar al-Assad pada Desember tahun lalu.

Tinjauan waktu kunjungan ini pun semakin penting, sebab hanya berselang dua hari setelah kunjungan Kepala Intelijen Turki, Ibrahim Kalın, ke Damaskus.

Kunjungan tersebut membahas isu-isu keamanan sensitif, khususnya soal pelucutan senjata Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) dan integrasinya ke dalam aparat keamanan Suriah—isu yang hingga kini belum menunjukkan kemajuan berarti.

Kunjungan juga terjadi dalam momentum pernyataan Presiden Erdoğan yang menyatakan keinginan menjalin koordinasi lebih erat dengan Suriah dan Irak.

Koordinasi itu dalam upaya melucuti senjata Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang oleh Turki dianggap sebagai organisasi teroris.

Agenda strategis

Dalam pernyataan resmi Istana Kepresidenan Turki disebutkan bahwa pembahasan dalam pertemuan meliputi berbagai isu bilateral, regional, dan internasional.

Salah satu topik utama ialah perkembangan masa transisi politik di Suriah dan bentuk kerja sama antara Ankara dan Damaskus.

Presiden Erdoğan menegaskan keyakinannya bahwa “hari-hari yang lebih cerah dan damai” tengah menanti Suriah.

Ia pun mengulangi komitmen Turki untuk terus mendukung rakyat Suriah sebagaimana yang dilakukan sejak awal konflik.

Erdoğan menyambut baik keputusan AS dan Uni Eropa mencabut sanksi terhadap Suriah, dan menyebut langkah itu sebagai sinyal positif menuju stabilitas kawasan.

Menyinggung eskalasi militer oleh Israel, ia mengutuk serangan berulang Israel ke wilayah Suriah dan menegaskan bahwa Turki akan terus menolak pelanggaran tersebut di setiap forum regional dan internasional.

Pertemuan juga menyinggung kemungkinan kerja sama di bidang-bidang strategis, termasuk energi, pertahanan, dan transportasi.

Erdoğan menekankan bahwa Turki siap memenuhi kewajiban sebagai negara tetangga dan saudara, termasuk memberi dukungan teknis dan politik bagi rekonstruksi Suriah.

Presiden al-Shara menyampaikan apresiasi atas posisi Turki dan menyebut Ankara memainkan peran penting dalam proses pencabutan sanksi serta mendorong pengakuan internasional terhadap pemerintahan baru di Damaskus.

Sementara itu, kantor berita Suriah melaporkan bahwa Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan Suriah dijadwalkan bertemu dengan mitranya dari Turki guna membahas berbagai isu teknis bilateral.

Selain itu, Presiden al-Shara dan Menteri Luar Negeri al-Shibani juga bertemu utusan khusus AS untuk Suriah, Tom Barak, guna membahas perkembangan terbaru di Suriah.

Isyarat baru

Pengamat dari SETA (Foundation for Political, Economic and Social Research), Kutluhan Koruco, menilai bahwa ketiadaan pengumuman resmi atau peliputan awal mengenai kunjungan ini bukan berarti kunjungan dilakukan secara rahasia, melainkan mencerminkan keterbatasan waktu serta sensitivitas isu yang dibahas.

Menurut Koruco, keputusan AS mencabut sanksi serta penunjukan Duta Besar AS untuk Ankara sebagai utusan khusus untuk Suriah menjadi dua faktor penting yang mendorong pertemuan tersebut.

Isu keberadaan YPG yang berada di posisi krusial dalam peta keamanan Turki juga menjadi faktor utama.

Kehadiran Menteri Pertahanan Suriah, kata dia, mengisyaratkan bahwa topik seputar keberadaan pasukan Kurdi serta kemungkinan lokasi militer strategis turut menjadi bahan pembahasan.

Selain itu, juga “kemajuan teknis” dalam pembicaraan antara Turki dan Israel mengenai Suriah.

Pertemuan antara al-Shara dan utusan AS, Tom Barak, menurutnya mencerminkan kehati-hatian Damaskus dalam merespons harapan-harapan Washington.

Termasuk soal kamp-kamp pengungsi dan tahanan kelompok ISIS yang kini menjadi bagian dari sorotan bersama.

Prospek jangka panjang

Analis politik Mahmoud Alloush menyebut kunjungan Presiden Suriah ke Turki sebagai langkah yang sangat penting dalam dinamika baru Suriah pasca-Assad.

Ia menilai Ankara berupaya memperkuat koordinasi dengan pemerintah baru Suriah untuk menangani isu YPG dalam kerangka integrasi ke pasukan resmi Suriah.

Menurut Alloush, suasana politik dan keamanan saat ini cukup mendukung untuk mendorong kemajuan nyata.

Apalagi, katanya, dengan adanya “keselarasan relatif” antara Ankara dan Washington dalam pendekatan terhadap masalah Suriah.

Ia juga menyoroti pentingnya pembentukan mekanisme keamanan bersama antara Suriah dan Turki, serta negara-negara kawasan, untuk menghadapi ancaman kebangkitan kelompok ISIS.

Dalam konteks ini, penyerahan pengelolaan penjara dan kamp-kamp tahanan ISIS kepada Damaskus dinilai sebagai langkah penting agar Suriah dapat kembali memegang kendali atas wilayahnya sendiri.

Meski hasil nyata dari kunjungan ini mungkin belum akan terlihat dalam waktu dekat, Alloush yakin bahwa dampaknya akan terasa secara bertahap melalui penyelesaian teknis atas kesepakatan-kesepakatan keamanan yang telah dicapai kedua negara.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular