Tuesday, November 11, 2025
HomeBeritaPresiden Suriah bantah ada negosiasi normalisasi dengan Israel

Presiden Suriah bantah ada negosiasi normalisasi dengan Israel

Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa, Senin (10/11/2025), menegaskan bahwa negaranya tidak akan menggelar pembicaraan langsung untuk menormalkan hubungan dengan Israel saat ini, di tengah upaya Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendorong percepatan Abraham Accords.

Sharaa menekankan keberlanjutan pendudukan Israel atas Dataran Tinggi Golan, yang diperluas secara signifikan pada 2024 menyusul runtuhnya rezim Assad. Menurutnya, kondisi yang dihadapi Suriah berbeda dengan negara-negara lain yang telah menandatangani perjanjian tersebut.

“Saya yakin situasi Suriah berbeda dengan situasi negara-negara yang telah menandatangani Abraham Accords,” ujar Sharaa dalam wawancara yang diterjemahkan, yang disiarkan Fox News.

“Suriah memiliki perbatasan dengan Israel, dan Israel menduduki Dataran Tinggi Golan sejak 1967. Saat ini, kami tidak akan masuk ke negosiasi langsung. Mungkin pemerintahan AS dengan Presiden Trump dapat membantu membuka jalur negosiasi semacam itu,” tambahnya.

Abraham Accords merupakan perjanjian yang disponsori AS untuk menormalisasi hubungan Israel dengan sejumlah negara mayoritas Muslim pada masa pemerintahan pertama Trump. Sebelum Kazakhstan bergabung pekan lalu, empat negara telah menandatangani perjanjian tersebut, yaitu Bahrain, Maroko, Sudan, dan Uni Emirat Arab.

Trump sebelumnya menyatakan optimisme bahwa Suriah dan Arab Saudi akan ikut bergabung dalam perjanjian normalisasi tersebut.

Ketika ditanya mengenai kemungkinan Suriah bergabung dalam koalisi global anti-ISIS (Daesh), Sharaa mengatakan, ada alasan bagi militer AS untuk mempertahankan kehadirannya di Suriah, tetapi hal itu harus dilakukan dengan koordinasi penuh bersama pemerintah Suriah.

“Kami perlu membahas hal-hal ini, dan kami perlu berbicara serta mencapai kesepakatan terkait ISIS,” ujarnya.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler