Presiden Suriah Ahmad al-Sharaa pada Senin (18/8/2025) menuduh Israel sebagai pihak yang memicu ketegangan di provinsi mayoritas Druze, As-Suwayda, di wilayah selatan Suriah. Ia menilai bahwa tindakan itu merupakan bagian dari upaya untuk melemahkan dan memecah belah Suriah.
“Kita masih menghadapi pertempuran lain untuk menyatukan Suriah, dan hal itu tidak seharusnya dilakukan dengan darah dan kekuatan militer. Ini harus melalui suatu bentuk pemahaman, karena Suriah telah lelah berperang,” ujar Sharaa dalam sesi dialog bersama tokoh masyarakat dari provinsi Idlib dan sejumlah pejabat tinggi lainnya.
Presiden Sharaa menegaskan bahwa ia tidak melihat adanya risiko nyata Suriah akan terpecah, meskipun mengakui adanya upaya dari beberapa pihak untuk menciptakan kanton-kanton atau wilayah otonom di dalam negeri.
“Beberapa pihak berusaha meraih kekuasaan melalui pemain regional seperti Israel, atau pihak lain. Ini sangat sulit dan tidak mungkin terlaksana,” katanya seperti dikutip oleh media pemerintah Suriah.
Pernyataan ini disampaikan satu hari setelah ratusan orang berkumpul di pusat kota As-Suwayda pada Sabtu pagi untuk menyuarakan tuntutan atas “hak menentukan nasib sendiri.”
Dalam aksi tersebut, bendera Israel dilaporkan terlihat dikibarkan oleh sejumlah peserta demonstrasi, menimbulkan kegelisahan di kalangan pemerintah pusat.
Sesi dialog ini disebut sebagai bagian dari upaya rekonsiliasi nasional, di tengah meningkatnya ketegangan politik dan sosial di berbagai wilayah, termasuk kawasan barat laut yang masih menjadi titik rawan konflik dan ketidakstabilan.
