Serangan militer Israel kembali menewaskan puluhan warga Palestina di berbagai wilayah Jalur Gaza, Kamis (13/6).
Di tengah krisis kemanusiaan yang kian memburuk, para korban kembali berjatuhan, termasuk mereka yang sedang menunggu bantuan kemanusiaan.
Data dari sejumlah rumah sakit menyebutkan, sedikitnya 52 orang syahid sejak fajar hingga siang hari.
Dari jumlah itu, 26 di antaranya merupakan warga sipil yang tengah mengantre bantuan makanan.
Serangan udara dan artileri berlangsung di berbagai titik. Di Kamp Maghazi, Gaza tengah, lima warga tewas akibat serangan pesawat nirawak Israel.
Serangan serupa di kawasan al-Maqousi, barat laut Kota Gaza, menewaskan empat orang lainnya.
Di sisi barat Kamp Jabalia, dua warga tewas akibat serangan udara di daerah Bir an-Na’jah.
Sementara itu, di Kota Khan Younis, Gaza selatan, 12 warga dilaporkan tewas sejak fajar dalam gempuran yang menghantam sejumlah lokasi permukiman.
Dua korban lainnya gugur di kawasan Batin as-Samin, selatan Khan Younis, menyusul serangan lanjutan Israel.
Menurut laporan koresponden Al Jazeera, militer Israel juga melakukan peledakan terarah di wilayah timur Khan Younis yang disertai tembakan artileri berat.
Kekerasan terhadap warga yang tengah menantikan bantuan pun kembali terjadi. Di Kota Rafah, sedikitnya 12 orang gugur dan sejumlah lainnya terluka ketika serangan Israel menghantam area dekat pusat distribusi bantuan.
Di wilayah utara, 5 orang juga tewas saat mengantre bantuan di barat laut Kota Gaza.
Insiden paling berdarah terjadi di kawasan Netzarim, Gaza tengah, saat tentara Israel melepaskan tembakan ke arah warga sipil yang tengah menunggu bantuan.
Rumah Sakit al-Awda di Nuseirat mencatat 13 korban jiwa dan sekitar 200 orang luka-luka dalam insiden itu.
Gerakan Hamas dalam pernyataannya menyebut bahwa serangan terhadap warga yang kelaparan di lokasi distribusi bantuan merupakan bagian dari apa yang mereka sebut sebagai “perangkap mematikan” yang diawasi langsung oleh Israel dan Amerika Serikat (AS).
Mereka mencatat sedikitnya 26 orang tewas pada Kamis ini dalam konteks tersebut.
“Sejak 27 Mei lalu, jumlah korban tewas di sekitar pusat bantuan telah mencapai sekitar 250 jiwa, dengan ribuan lainnya terluka,” tulis pernyataan resmi Hamas.
Di tengah situasi yang memburuk, jaringan komunikasi di Jalur Gaza kembali terputus total.
Hamas menuding Israel secara sengaja memutus jalur komunikasi, termasuk layanan internet dan sambungan tetap, demi melumpuhkan layanan sipil, terutama sektor medis dan kemanusiaan.
Langkah ini, menurut Hamas, memperparah kondisi kemanusiaan yang sudah sangat genting dan menempatkan warga sipil dalam situasi berbahaya.
Mereka mendesak komunitas internasional untuk segera mengambil tindakan tegas menghentikan agresi dan melindungi infrastruktur sipil dan fasilitas kemanusiaan.
Otoritas Telekomunikasi Palestina menyatakan bahwa gangguan total ini terjadi setelah jalur utama kabel serat optik terakhir di Gaza dihantam serangan.
Mereka memperingatkan bahwa Gaza kini dalam kondisi “isolasi digital” penuh dari dunia luar.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyatakan, mereka kehilangan kontak dengan seluruh stafnya di Jalur Gaza akibat gangguan komunikasi tersebut.
Situasi ini menghambat upaya penyelamatan dan pendistribusian bantuan yang sangat dibutuhkan warga.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel menjalankan serangan besar-besaran ke Jalur Gaza dengan dukungan penuh AS.
Kampanye militer ini telah menewaskan dan melukai lebih dari 182.000 warga Palestina, mayoritas anak-anak dan perempuan.
Ribuan orang masih dinyatakan hilang, dan ratusan ribu lainnya mengungsi dalam kondisi kelaparan.