Putaran ke-22 pertemuan “Pertemuan Astana” terkait konflik Suriah dimulai hari ini (11/11) di ibu kota Kazakhstan, Astana. Pertemuan tersebut melibatkan delegasi dari negara-negara penjamin, yakni Turki, Rusia, dan Iran, serta perwakilan dari pemerintah dan oposisi Suriah.
Aljazeera melaporkan, Astana menjadi tuan rumah selama dua hari untuk sesi konsultasi bilateral dan trilateral antara delegasi-delegasi tersebut. Pertemuan diakhiri dengan sesi pleno dan konferensi pers setelah hari kedua.
Pada pertemuan kali ini, agenda utama mencakup upaya untuk menemukan solusi bagi krisis Suriah, membangun langkah-langkah kepercayaan antar-pihak, rekonstruksi Suriah, serta memastikan kondisi yang memungkinkan bagi para pengungsi Suriah untuk kembali ke tanah air mereka.
Delegasi Turki dipimpin Duta Besar Ihsan Mustafa Yurdakul, Direktur Hubungan Bilateral Suriah di Kementerian Luar Negeri Turki.
Delegasi Rusia dipimpin oleh Perwakilan Khusus Presiden Vladimir Putin untuk Suriah, Alexander Lavrentiev. Sedangkan Iran diwakili oleh Ali Asghar Haji, Penasihat Politik Menteri Luar Negeri Iran.
Di pihak Suriah, delegasi pemerintah dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri Ayman Raad. Sementara delegasi oposisi dipimpin Ahmed Tuma. Perwakilan Khusus PBB untuk Suriah, Geir Pedersen, juga hadir dalam pertemuan ini.
Selain itu, perwakilan dari Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Palang Merah Internasional, serta pengamat dari Yordania, Lebanon, dan Irak turut berpartisipasi.
Proses Astana ini dimulai pada Januari 2017 dengan inisiatif negara-negara penjamin untuk mencari solusi atas krisis politik yang melanda Suriah sejak 2011. Putaran pertemuan terakhir Jalur Astana digelar pada 20 dan 21 Juni 2023.
Baca juga: PBB: 250.000 orang mengungsi dari Lebanon ke Suriah di tengah serangan Israel