Qatar menyatakan pada Selasa bahwa upaya mediasi untuk mencapai gencatan senjata di Gaza terus berlangsung, dan menyuarakan optimisme bahwa kesepakatan dapat tercapai di tengah meningkatnya kekerasan.
“Upaya ini terus berlangsung, dan kami berharap ada terobosan,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, dalam konferensi pers di Doha, menyusul putaran perundingan terbaru yang digelar Qatar.
Menunjukkan adanya kemajuan penting dalam menyatukan perspektif dan bahasa bersama dalam negosiasi, al-Ansari menolak memberikan rincian lebih lanjut atau mengomentari isi negosiasi.
Putaran pembicaraan terbaru di Qatar melibatkan diskusi antara Kepala Mossad Israel David Barnea, Direktur CIA William Burns, dan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani.
Pertemuan pada Ahad itu dilaporkan berfokus pada potensi kesepakatan dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, yang melibatkan pertukaran tahanan dan gencatan senjata.
Menurut Channel 12 Israel, sumber Israel melaporkan adanya kemajuan dalam kerangka kesepakatan yang baru direvisi, meskipun rincian spesifik belum diungkapkan.
Ketika ditanya mengenai waktu pelaksanaan perundingan gencatan senjata berikutnya, al-Ansari menyatakan, “Belum ada tanggal yang bisa dikonfirmasi saat ini, namun banyak kontak yang sedang dilakukan.”
Ia juga menyoroti upaya Qatar yang lebih luas untuk menurunkan eskalasi di Lebanon dan mengakhiri perang di Gaza seraya menambahkan bahwa Qatar bekerja sama dengan dari Mesir dan Amerika Serikat demi mencapai gencatan senjata berkelanjutan.
Israel memperkirakan sekitar 101 orang masih ditahan oleh Hamas di Gaza, beberapa di antaranya diyakini telah menjadi korban serangan udara Israel di wilayah padat penduduk tersebut.
Upaya mediasi yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar sejauh ini belum berhasil menghasilkan gencatan senjata di Gaza.
Namun, Washington menilai bahwa gugurnya pemimpin Hamas Yahya Sinwar pada 18 Oktober lalu mungkin akan membuka jalan menuju kemajuan dalam pembicaraan.
Di sisi lain, Hamas menyatakan bahwa konflik hanya akan berakhir jika Israel menghentikan operasi militernya di wilayah yang diblokade tersebut, yang telah menewaskan lebih dari 43.060 orang sejak tahun lalu.