Qatar pada Selasa (19/11) menyatakan siap melanjutkan perannya untuk mengupayakan kesepakatan senjata antara Hamas dan Israel.
“Doha siap melanjutkan negosiasi jika ada keseriusan dari para pihak,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al-Ansari, dikutip kantor berita Anadolu kemarin.
Kata Al-Ansari, proses mediasi sempat dihentikan lantaran tidak adanya keseriusan dari kedua belah pihak.
“Qatar tidak akan menerima eksploitasi demi kepentingan politik,” kata Al-Ansar menegaskan.
Al-Ansari menyatakan posisi Qatar tetap jelas, yakni menyerukan penghentian serangan dan pengiriman bantuan ke Jalur Gaza.
Al-Ansari menyebut, para negosiator Hamas saat ini tidak berada di Doha. “Mereka bergerak di berbagai ibu kota,” katanya.
Ia menambahkan, jika kantor politik Hamas di Doha ditutup, hal tersebut akan diumumkan oleh Kementerian Luar Negeri Qatar, bukan melalui media lain.
Upaya mediasi yang sebelumnya dipimpin oleh AS, Mesir, dan Qatar masih belum berhasil menghasilkan kesepakatan gencatan senjata ataupun pertukaran tahanan.
Namun, Washington memperkirakan pembunuhan pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, pada 18 Oktober lalu, dapat membuka jalan bagi kemajuan negosiasi.
Hamas, di sisi lain, menegaskan konflik hanya akan berakhir jika Israel menghentikan kampanye militernya di wilayah Gaza.
Serangan Israel sejak Oktober 2023 telah menewaskan hampir 44.000 orang dan memaksa hampir seluruh penduduk Gaza meninggalkan rumah mereka, di tengah blokade yang menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel juga menghadapi gugatan kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza.
Baca juga: Pelapor khusus PBB: Israel sedang lancarkan genosida di Gaza
Baca juga: Netanyahu sampai lobi Shin Bet agar sidang korupsinya batal