Analis militer dan strategis Kolonel Hatem Karim al-Falahi menggambarkan kondisi Tentara Suriah “sangat sulit” di tengah serangan besar-besaran oleh oposisi bersenjata.
Dalam wawancara dengan Aljazeera, al-Falahi mengatakan, militer Suriah tidak mampu membangun garis pertahanan di wilayah yang telah direbut oleh oposisi. Akibatnya banyak daerah yang jatuh satu per satu.
Kolonel al-Falahi mengatakan video yang dirilis kelompok oposisi menunjukkan, mereka berhasil memasuki basis militer dan merebut wilayah strategis seperti Aleppo, Hama, serta daerah lainnya.
“Kelompok oposisi melancarkan serangan mendadak yang sangat terorganisasi, baik dalam pemilihan waktu, lokasi, arah serangan, maupun kecepatan pergerakan,” kata al-Falahi.
Menurutnya, serangan ini menyebabkan kekacauan besar di jajaran Tentara Suriah, dari tingkat pimpinan hingga prajurit di lapangan.
Ia menambahkan, kekacauan terlihat jelas dari banyaknya pangkalan militer yang ditinggalkan oleh pasukan Suriah, meninggalkan peralatan seperti senjata, tank, dan bahkan pesawat.
“Di sepanjang jalan menuju Hama, banyak kendaraan lapis baja, tank, dan persenjataan yang ditinggalkan begitu saja,” ujarnya.
Bagaimana dukungan Rusia
Kemunduran rezim Assad selain didorong faktor lemahnya fokus sekutu, al-Falahi menilai, penurunan kekuatan Tentara Suriah juga dipengaruhi oleh banyak faktor internal.
Al-Falahi menyoroti kondisi Rusia, sekutu utama pemerintah Suriah, yang kini jauh berbeda dibandingkan tahun 2015-2016 saat pertama kali melakukan intervensi besar-besaran di Suriah.
“Rusia hari ini menghadapi kekurangan pasokan dan peralatan militer, sehingga tidak dapat memberikan dukungan seperti sebelumnya,” jelasnya.
Rusia sebelumnya menyatakan bahwa angkatan udara mereka masih membantu pasukan Suriah dalam menghadapi oposisi di provinsi Idlib, Hama, dan Aleppo.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menegaskan bahwa kerja sama erat dengan pemerintah Suriah tetap berlangsung di tengah situasi saat ini.
Kelompok oposisi Suriah memulai serangan besar-besaran pekan lalu dengan nama operasi “Rad’ al-‘Udwan” (Penangkisan Agresi).
Ini menjadi serangan terbesar dalam beberapa tahun terakhir, di mana mereka berhasil merebut wilayah luas, termasuk sebagian besar kota Aleppo dan bandara internasionalnya. Oposisi juga menyelesaikan kontrol penuh atas provinsi Idlib.
Selain itu, oposisi melaporkan bahwa mereka semakin mendekati kota Hama setelah merebut lebih banyak wilayah dan pangkalan militer di pedesaan utara.
Situasi ini menunjukkan tantangan besar bagi pemerintah Suriah, yang kini menghadapi tekanan tidak hanya dari oposisi tetapi juga dari berkurangnya dukungan sekutunya.
Baca juga: Israel kembali bom RS Kamal Adwan, tiga staf terluka
Baca juga: Prabowo: 5.000 anak Gaza mati terkubur, mereka adalah saudara kita