Saturday, November 16, 2024
HomeBeritaRS Indonesia di Gaza hanya mampu beroperasi 60%

RS Indonesia di Gaza hanya mampu beroperasi 60%

 

Rumah Sakit Indonesia yang terletak di Gaza saat ini hanya mampu beroperasi sekitar 60 persen dari kapasitas penuh akibat kerusakan pada lantai tiga dan lantai empat. Selain itu, pasokan listrik di rumah sakit juga sangat terbatas.

Anggota Emergency Medical Team (EMT) MER-C Indonesia, dr. Dany K Ramdhan, mengungkapkan bahwa RS Indonesia masih bergantung pada suplai diesel dari WHO. Namun, pasokan ini tidak selalu tersedia secara konsisten.

“Kami sangat kekurangan listrik. Solar panel yang ada baru berfungsi 40 persen, dan sumber-sumber energi lainnya belum bisa diimplementasikan,” ujar dr. Dany dalam konferensi pers di Jakarta pada Rabu (9/10).

Meski begitu, Dany menjelaskan bahwa Rumah Sakit Indonesia masih bisa melakukan operasi-operasi besar bagi para korban yang terdampak serangan Israel.

“Rumah Sakit Indonesia kondisinya sanggup untuk melakukan operasi-operasi besar dengan spesialisasi yang cukup lengkap, kecuali sub-spesialisasi,” kata Dany.

Kondisi ini semakin diperparah dengan kebutuhan tenaga medis spesialis yang mendesak, terutama untuk bidang neurologi, bedah tulang belakang, radiologi, bedah plastik, serta  bedah saraf.

Menurut dr. Dany, rumah sakit juga telah menerima bantuan berupa makanan, alat medis, dan panel surya, namun itu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan yang ada.

“Kami sudah melakukan operasi dalam kondisi yang sangat minim, bahkan tanpa adanya CT scan. Jika ada pasien yang membutuhkan CT scan, kami terpaksa merujuk mereka ke rumah sakit lain,” jelas dr. Dany.

Situasi keamanan di seluruh Gaza juga sangat berbahaya. “Seluruh Gaza adalah zona perang aktif, tidak ada daerah yang 100 persen aman,” tambahnya.

Tim medis di RS Indonesia harus bekerja di tengah dentuman bom, suara tembakan, dan potensi korban massal yang bisa terjadi kapan saja. Kondisi ini masih berlangsung hingga saat ini.

 

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Pengajar HI Universitas Al Azhar Indonesia, Mahasiswa PhD Hubungan Antarbangsa Universitas Sains Malaysia.
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular