Wednesday, May 14, 2025
HomeBeritaSaat lensa tak lagi berkedip, kepergian Hasan Esleih dan bisunya sebuah kebenaran

Saat lensa tak lagi berkedip, kepergian Hasan Esleih dan bisunya sebuah kebenaran

Di balik setiap foto yang mengguncang nurani dunia, yang mendokumentasikan luka terdalam rakyat Palestina di Gaza, sering kali terselip tiga kata sederhana: “تصوير حسن اصليح” — “Foto oleh Hasan Esleih”.

Kata-kata ini bukan sekadar penanda kepemilikan karya jurnalistik, melainkan saksi atas kebenaran yang berdarah. Hari ini, frasa itu telah bisu. Sang fotografer tak lagi bersama kita.

Hasan Esleih gugur pada Selasa dini hari, saat masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Nasser, Khan Younis, akibat luka serius yang ia derita dari serangan udara Israel pada 7 April lalu.

Saat itu, ia selamat dengan dua jari terpaksa diamputasi dan luka bakar di tubuhnya. Namun, nyawanya tak terselamatkan. Kematian Esleih menandai hilangnya salah satu suara paling jujur dari Gaza.

Hasan Esleih bukan jurnalis biasa. Ia bukan sekadar pembidik gambar. Kameranya adalah kompas penderitaan, mengenali setiap sudut gang, puing-puing rumah, dan wajah yang nyaris kehilangan harapan.

Dalam sunyi dan dentuman perang, Esleih menghadirkan kebenaran lewat visual yang tajam dan tak menipu. Foto-fotonya tak butuh narasi panjang; realitas itulah yang berbicara.

Namanya terukir di reruntuhan rumah-rumah Gaza, pada gambar-gambar yang membuat dunia menangis.

Ia tahu bahwa setiap potret adalah pesan, dan setiap kebenaran memiliki harga. Ia rela membayar harga itu dengan hidupnya.

Kabar wafatnya Esleih mengguncang komunitas jurnalistik Palestina dan dunia Arab. Ucapan duka membanjiri media sosial.

Rekan-rekannya menulis dengan kesedihan mendalam, mengenang keberanian dan konsistensinya.

“Lensa itu mengenal semua wajah yang menderita. Dan mereka pun mengenalnya. Namanya terukir di tiap adegan kelaparan, kematian, dan kehancuran. Ia tidak pernah berdusta, tidak seperti pembunuhnya,” tulis jurnalis Palestina Ahmad Hamdan.

Jurnalis lainnya, Ahmad Sardah, menulis bahwa satu-satunya foto yang tak akan dilihat tertulis ‘Foto oleh Hasan Esleih’.

“Tapi aku tetap menaruh namanya, karena aku tak bisa membayangkan foto itu tanpanya,” ujarya.

Sementara itu, jurnalis Saleh Al-Natour mengungkapkan bahwa sulit dipercaya bahwa ikon itu telah tiada.

“Frasa itu telah menemani kita selama bertahun-tahun di setiap lorong, jalan, dan rumah. Pers telah kehilangan seorang pemberani. Kami kehilangan kawan dan sahabat,” tulisnya.

Aktivis Khaled Safi menyentuh hati banyak orang ketika menulis bahwa kabar ini dipercaya oleh seluruh rakyat Palestina.

“Meski tak tertulis di atasnya frasa kejujuran yang paling terkenal: ‘Foto oleh Hasan Esleih’”, tulisnya.

Banyak yang berkata: kali ini, frasa itu tidak muncul karena sang penulisnya sendiri telah menjadi berita. Hasan bukan lagi pembawa kabar—ia telah menjadi kabar itu sendiri. Kabar duka yang mengguncang nurani siapa pun yang pernah melihat karyanya.

“Setiap kali teringat bahwa aku tak akan lagi melihat frasa ‘Foto oleh Hasan Esleih’, dadaku sesak. Mereka tak hanya membunuh tubuh kita… mereka membunuh harapan kita, simbol-simbol kejujuran terakhir kita, dan kebenaran yang tersisa di tengah kepalsuan ini,” tulis salah satu pengguna media sosial.

Seorang pengguna lain menulis bahwa ia pernah mengira Esleih adalah tim besar atau bahkan semacam system.

“Karena begitu banyaknya laporan dan dokumentasi yang ia hasilkan. Tapi aku benar-benar mengenalnya, justru setelah ia gugur,” tuturnya.

Hasan Esleih tidak membawa senjata. Ia hanya membawa kamera. Tapi lensa itu lebih kuat dari peluru.

Ia percaya bahwa sebuah gambar bisa membangunkan nurani yang tertidur, bisa mengguncang hati dunia yang pasif.

Kini, lensa itu telah berhenti menatap. Tapi jejaknya masih tertinggal di ratusan, mungkin ribuan foto yang selama bertahun-tahun membongkar kebrutalan, menyingkap kejahatan, dan menunjukkan bahwa Gaza bukan sekadar berita, tapi luka nyata yang tak boleh dilupakan.

Dan meskipun “Foto oleh Hasan Esleih” tak akan lagi menghiasi foto-foto baru dari Gaza, dunia telah mengenal siapa dia dan apa yang ia perjuangkan. Sebab kebenaran tak mati bersamanya.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular