Seorang warga Palestina tewas ditembak pasukan Israel di Jalur Gaza, sementara Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, Eyal Zamir, kembali mengisyaratkan kemungkinan pendudukan wilayah tambahan di dalam kawasan tersebut.
Zamir menegaskan bahwa militernya “harus siap bergerak cepat menuju operasi ofensif yang lebih luas”.
Militer Israel menyatakan bahwa mereka menembak mati seorang Palestina yang “melintasi garis kuning dan menimbulkan ancaman besar” terhadap pasukan yang ditempatkan di bagian utara Gaza.
Dalam kunjungan lapangannya di Rafah pada Minggu bersama para komandan Divisi Selatan, Zamir mengatakan bahwa pasukannya terus beroperasi di sepanjang garis kuning.
Ia mengklaim bahwa Israel kini memegang “kendali operasional atas lebih dari 50 persen wilayah Gaza, tanpa menguasai penduduk sipilnya”.
Menurut Zamir, dinamika situasi yang terus berubah menuntut militer untuk mempertahankan kesiapan penuh guna “menerapkan kontrol operasional atas wilayah-wilayah tambahan di dalam Gaza bila diperlukan”.
Ia menyebut pasukannya bekerja untuk “menghilangkan ancaman dan menjaga kesiapan permanen untuk beralih dari pertahanan ke serangan”.
Zamir menambahkan bahwa Israel berupaya mencegah Hamas membangun kembali kekuatannya, antara lain melalui penguasaan titik-titik strategis dan pintu masuk Gaza.
Garis kuning, ujarnya, merupakan garis keamanan yang saat ini sedang diperkuat oleh pasukan.
Ia juga menegaskan bahwa Komando Selatan “akan terus membongkar infrastruktur militer Hamas dan menumpas para pejuangnya”.
Ia menambahkan bahwa militer Israel “akan bersikeras menolak kembalinya pemerintahan Hamas ke sisi lain perbatasan, apakah itu melalui kesepakatan atau melalui langkah-langkah militer”.
Sejak 7 Oktober 2023, perang yang digambarkan Palestina sebagai perang pemusnahan massal telah menewaskan lebih dari 69.000 warga Gaza dan melukai lebih dari 170.000 lainnya—mayoritas perempuan dan anak-anak.
Lebih dari 90 persen bangunan di Gaza juga hancur atau rusak parah.
Meski kesepakatan gencatan senjata tercapai pada 10 Oktober lalu, Israel masih terus menggempur wilayah Gaza dan menghancurkan sisa-sisa permukiman.
Serangan-serangan itu kembali menimbulkan ratusan korban jiwa dan luka-luka serta memperburuk pembatasan terhadap masuknya bantuan makanan dan kebutuhan medis.


