Hampir seribu pemukim Israel kembali menyerbu kawasan Masjid Al-Aqsha di Yerusalem Timur, Selasa (09/12), dalam salah satu gelombang terbesar tahun ini.
Serbuan tersebut berlangsung di bawah penjagaan ketat pasukan kepolisian dan aparat militer Israel.
Sementara itu, para pemukim melakukan ritual Talmud di area yang berdekatan dengan Kubah Batu (Dome of the Rock).
Menurut laporan Kantor Berita Palestina (WAFA) yang mengutip data dari Gubernur Yerusalem, sebanyak 960 pemukim memasuki area Al-Aqsha secara berkelompok.
Mereka melakukan tur yang digambarkan sebagai provokatif oleh warga dan lembaga-lembaga keagamaan di kota itu.
Serbuan ke kompleks suci ini telah menjadi peristiwa harian—kecuali pada Jumat dan Sabtu yang merupakan hari libur resmi otoritas Israel.
Akses dibagi ke dua periode, pagi dan sore, yang oleh banyak pihak dipandang sebagai upaya sistematis untuk memberlakukan pola pembagian waktu dan ruang di kompleks Al-Aqsha.
Sebuah langkah yang ditolak secara luas oleh masyarakat dan lembaga-lembaga keagamaan Islam.
Langkah ini, menurut otoritas Palestina, merupakan bagian dari kebijakan lebih luas untuk mengikis identitas Islam dan sejarah Arab di Yerusalem, sekaligus melemahkan kedaulatan umat Islam atas masjid tersebut.
Di tengah tekanan yang meningkat, seruan-seruan dari tokoh dan lembaga Yerusalem kembali menggema.
Mereka meminta warga kota dan masyarakat Palestina di wilayah pendudukan 1948 untuk hadir, menjaga keberadaan, dan melakukan ribath di halaman Al-Aqsha.
Sementara itu, polisi Israel terus memberlakukan pembatasan ketat terhadap umat Muslim yang hendak memasuki masjid.
Identitas para jamaah diperiksa satu per satu, dan beberapa kartu identitas ditahan sementara di gerbang masuk.
Sehingga menambah lapisan pembatasan terhadap para jamaah dan penjaga masjid.
