Badan Pertahanan Sipil Gaza pada Jumat melaporkan lima warga Palestina tewas akibat serangan Israel yang menghantam sebuah sekolah yang digunakan sebagai tempat penampungan pengungsi. Sementara itu, militer Israel menyatakan tembakan dilepaskan terhadap “individu-individu mencurigakan”.
Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal, mengatakan kepada AFP bahwa tim penyelamat menemukan lima korban tewas akibat penembakan Israel di Sekolah Shuhada Gaza, yang berfungsi sebagai tempat pengungsian, di kawasan Al-Tuffah, Gaza City bagian timur.
Di sisi lain, militer Israel menyatakan bahwa dalam operasi di wilayah “Garis Kuning” di Gaza utara, pasukannya mengidentifikasi sejumlah individu mencurigakan di area pusat komando yang terletak di sebelah barat batas wilayah tersebut.
Menurut militer Israel, tidak lama setelah identifikasi dilakukan, pasukan melepaskan tembakan untuk meniadakan ancaman. Militer juga menyebut mengetahui adanya laporan korban jiwa di lokasi kejadian dan menyatakan bahwa peristiwa tersebut masih dalam peninjauan.
Israel menyatakan penyesalan atas “setiap dampak terhadap warga yang tidak terlibat” serta menegaskan bahwa pihaknya berupaya meminimalkan risiko terhadap warga sipil.
Di bawah kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat antara Israel dan Hamas, pasukan Israel sebelumnya menarik diri ke posisi di sebelah timur wilayah yang dikenal sebagai “Garis Kuning” di Jalur Gaza.
Namun, gencatan senjata yang mulai berlaku pada 10 Oktober tersebut dinilai masih rapuh, dengan kedua belah pihak saling menuduh adanya pelanggaran.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa sedikitnya 395 warga Palestina tewas akibat tembakan Israel sejak gencatan senjata diberlakukan. Sementara itu, pihak Israel melaporkan tiga tentaranya tewas di Jalur Gaza dalam periode yang sama.
Serangan tersebut terjadi di tengah upaya diplomatik lanjutan. Utusan khusus Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Steve Witkoff, dijadwalkan bertemu dengan pejabat dari Qatar, Mesir, dan Turki di Florida, Jumat, untuk membahas transisi kesepakatan menuju tahap kedua.
Anggota biro politik Hamas, Basal Naim, mengatakan kepada AFP bahwa warga Palestina berharap perundingan tersebut dapat mengakhiri apa yang ia sebut sebagai agresi Israel, menghentikan seluruh pelanggaran, dan memaksa Israel mematuhi ketentuan perjanjian Sharm el-Sheikh.


