Sebanyak seribu warga dari wilayah Yerusalem berangkat menuju Tanah Suci pada Senin (19/5) pagi untuk menunaikan ibadah haji tahun ini.
Keberangkatan ini menandai dibersihkannya daftar tunggu jemaah haji asal Yerusalem dari sistem komputerisasi Kementerian Wakaf dan Urusan Keagamaan Palestina.
Hal ini juga menjadi pembuka peluang pendaftaran kembali bagi warga Yerusalem mulai tahun depan, setelah sempat terhenti sejak 2011 akibat membludaknya jumlah pendaftar.
Wakil Menteri Wakaf dan Urusan Keagamaan Palestina, Husam Abu Rub, menyatakan kepada Al Jazeera Net bahwa total 6.600 warga Palestina akan menunaikan ibadah haji tahun ini, termasuk 1.500 warga Gaza yang kini berada di Mesir.
Keberangkatan jemaah akan dibagi dalam dua gelombang yang masing-masing berlangsung selama tiga hari. Gelombang pertama dimulai hari ini, dengan keberangkatan melalui jalur darat.
Abu Rub menjelaskan bahwa sebanyak 3.500 jemaah akan menempuh perjalanan darat ke Arab Saudi, sedangkan 3.100 lainnya akan terbang dari Mesir dan Yordania. Kepulangan jemaah dijadwalkan mulai 11 Juni mendatang.
Dalam keterangan lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa daftar tunggu jemaah Yerusalem kini telah dikosongkan dan ditambah dengan 300 jemaah baru tahun ini.
Pendaftaran jemaah baru dari Yerusalem akan kembali dibuka pada tahun depan.
Tiga kategori jemaah Palestina
Wail Syuweiki, Direktur Perusahaan “Masyair” untuk layanan haji dan umrah di Yerusalem, yang mendampingi 350 jemaah dari kota tersebut, menjelaskan bahwa sejak Perang 1967, warga Palestina yang menunaikan haji terbagi dalam 3 kelompok.
Kelompok pertama adalah jemaah dari Yerusalem dan Tepi Barat yang langsung berada di bawah pengawasan otoritas Palestina.
Kelompok kedua berasal dari Jalur Gaza dan umumnya berangkat melalui Mesir. Kelompok ketiga adalah warga Palestina di wilayah Israel, yang proses keberangkatannya diatur oleh Kementerian Wakaf Yordania melalui Asosiasi Haji dan Umrah, dan mereka menggunakan paspor sementara Yordania.
Menurut Syuweiki, jumlah tahunan jemaah dari Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem berkisar antara 5.500 hingga 6.000 orang.
Sementara dari wilayah dalam Israel, terdapat sekitar 4.500 jemaah yang menggunakan paspor Israel.
Adapun warga Yerusalem yang memegang kartu identitas Israel (biru) — yang secara administratif diklasifikasikan sebagai penduduk, bukan warga negara — jumlahnya sekitar 320 jemaah setiap tahun.
Ditambah 150 hingga 200 jemaah lainnya yang berasal dari wilayah administratif Provinsi Yerusalem dan memegang kartu identitas Palestina (hijau).
Kuota penuh, sistem baru menanti
Syuweiki menambahkan bahwa pemilihan jemaah dilakukan melalui sistem undian. Pada musim haji 2025 ini, daftar jemaah dari Yerusalem yang telah terdaftar sejak lama akhirnya selesai diberangkatkan.
Awalnya terdapat 440 nama dalam sistem, ditambah hasil undian tahunan sehingga totalnya sekitar 700. Tambahan 300 kuota dari kementerian menjadikan total jemaah asal Yerusalem tahun ini mencapai sekitar 1.000 orang.
Dengan selesainya daftar tunggu, pendaftaran haji untuk warga Yerusalem diperkirakan akan dibuka kembali pada November dan Desember mendatang.
Berbeda dari sistem sebelumnya, pendaftar yang tidak terpilih tidak akan otomatis masuk daftar tunggu tahun berikutnya, melainkan harus mendaftar ulang.
Jemaah asal Yerusalem mengikuti program resmi Kementerian Wakaf Palestina. Mereka akan menginap di hotel bintang lima di Madinah dan hotel bintang tiga di Mekah, yang berjarak sekitar satu kilometer dari Masjidil Haram.
Menurut Syuweiki, peningkatan kualitas akomodasi ini merupakan hasil dari perbaikan layanan kementerian dalam enam tahun terakhir.
Pendampingan dari awal hingga akhir
Syuweiki juga menjelaskan bahwa tanggung jawab utama atas koordinasi dan rencana umum keberangkatan jemaah berada di tangan Kementerian Wakaf Palestina.
Perusahaan-perusahaan haji hanya bertugas memberikan layanan lapangan. Mulai dari pengaturan tempat tinggal, kebutuhan harian, hingga transportasi jemaah ke lokasi ibadah seperti Arafah, Muzdalifah, dan Mina, serta mengurus kepulangan ke tanah air.
Para jemaah juga didampingi oleh tim bimbingan, administrasi, dan medis. Salah satu anggota tim dari Yerusalem adalah Nehad Zughair.
Ia menjelaskan bahwa keberangkatan jemaah biasanya dimulai dari depan kantor Kementerian Wakaf di Al-Eizariya, Yerusalem Timur, menuju Jembatan Raja Hussein (Perbatasan Allenby), dan dari sana langsung ke Arab Saudi.
Sementara warga Yerusalem yang memiliki kewarganegaraan Israel berangkat dari daerah mereka masing-masing di bawah koordinasi misi haji Yordania.
Zughair menyebutkan bahwa Kementerian Wakaf Palestina biasanya menyewa hotel “Al-Ard Al-Mumtaza” di kawasan Hafayer, Mekah, sekitar satu kilometer dari Masjidil Haram, sebagai tempat tinggal jemaah.
Saat ditanya apakah kuota haji untuk warga Yerusalem mencukupi, Zughair menegaskan bahwa kuota ditentukan berdasarkan jumlah penduduk oleh otoritas Arab Saudi.
Namun, ia menambahkan bahwa Yerusalem merupakan wilayah dengan jumlah pendaftar haji tertinggi di Palestina, diikuti oleh Kota Hebron.
Zughair menutup keterangannya dengan menyebut bahwa setelah daftar tunggu lama dihapus, Kementerian Wakaf akan menerapkan sistem baru pada musim haji tahun depan, meski rincian teknisnya belum diumumkan secara resmi.