Mantan Perdana Menteri Palestina sekaligus Ketua Pusat Riset Palestina, Mohammad Shtayyeh, menyatakan bahwa Israel tidak hanya melanjutkan agresi militernya di Jalur Gaza, tetapi juga terus memperluas proyek permukiman.
Menurut Shtayyeh, jumlah pemukim Israel di Tepi Barat dan Yerusalem kini mendekati 881.000 orang.
Pernyataan tersebut disampaikan Shtayyeh saat membuka konferensi tahunan Pusat Riset Palestina yang bertajuk Strategi Nasional Palestina di Kawasan yang Berubah.
Dalam pidato pembukaannya, Shtayyeh menggambarkan kondisi Palestina sebagai perang penghancuran dan pengusiran paksa yang terus berlanjut. Ia menilai kekerasan tidak hanya terjadi di Gaza, tetapi juga meluas ke Tepi Barat dan Yerusalem, di tengah situasi pendudukan yang nyaris total, penangkapan massal, serta memburuknya kondisi kemanusiaan.
Shtayyeh juga mengkritik apa yang ia sebut sebagai standar ganda komunitas internasional. Menurut dia, dunia kerap hanya menghukum individu pemukim Israel, tetapi mengabaikan proyek permukiman itu sendiri. Sikap tersebut dinilainya justru memberikan perlindungan politik dan moral kepada Israel, alih-alih menegakkan hukum internasional.
Pada Minggu (waktu setempat), Israel menyetujui pendirian 19 permukiman baru di Tepi Barat yang diduduki. Dengan keputusan tersebut, total permukiman yang disetujui dalam tiga tahun terakhir mencapai 69 lokasi.
Menteri Keuangan Israel yang berhaluan kanan ekstrem, Bezalel Smotrich, mengatakan bahwa langkah itu bertujuan untuk mencegah pembentukan negara Palestina.
Keputusan tersebut menuai kecaman luas dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sejumlah negara, yang menilai pembangunan permukiman Israel di wilayah pendudukan melanggar hukum internasional.


