Sejak runtuhnya rezim Baath pada 8 Desember 2024, dunia internasional bergerak cepat untuk kembali menjalin hubungan dengan pemerintahan transisi Suriah, dengan dua pengecualian mencolok: Iran dan Israel.
Pemerintahan transisi di Damaskus bekerja intensif untuk kembali ke arena diplomasi, membuka kembali saluran yang telah membeku lebih dari satu dekade, sekaligus mempercepat kontak tingkat tinggi dengan berbagai ibu kota di Timur Tengah, Eropa, dan negara lain.
Selama setahun terakhir, Suriah muncul kembali dalam forum regional dan internasional, memperkuat hubungan dengan negara tetangga, serta menyambut pembukaan kembali sejumlah kedutaan di ibu kotanya. Setelah 61 tahun berada di bawah rezim Baath, banyak negara melihat kesempatan untuk membangun kembali hubungan dengan Damaskus dan menjajaki kerja sama yang lebih konstruktif.
Kedutaan Kembali Beroperasi
Seiring pulihnya aktivitas diplomasi, sejumlah kedutaan yang sempat ditutup selama konflik mulai dibuka kembali. Kedutaan Turki, yang ditutup pada 2012, dibuka kembali pada 14 Desember 2024, menandai pengibaran bendera Turki di Damaskus. Jerman, Spanyol, Italia, Qatar, Azerbaijan, dan Maroko juga membuka kembali kedutaan mereka setelah sekitar 13 tahun.
Menteri Luar Negeri Spanyol menuliskan di media sosial bahwa pengibaran bendera Spanyol di Damaskus merupakan bentuk dukungan negaranya terhadap Suriah dalam menempuh jalan menuju stabilitas, keadilan, keamanan, dan hak yang setara bagi seluruh warganya.
Sementara itu, kedutaan yang tetap beroperasi selama era Assad, seperti Rusia, terus menjalankan fungsinya. China juga berencana membuka kembali kedutaan pada awal 2026. Namun, kedutaan Iran yang dirusak pada Desember 2024 masih ditutup hingga kini.
Diplomasi Baru Suriah
Presiden Ahmad al-Sharaa memimpin kebangkitan diplomasi Suriah. Menurut laporan resmi Suriah, SANA, sejak menjabat pada 29 Januari, Sharaa telah melakukan 21 kunjungan ke 13 negara, antara lain Arab Saudi, Turki, Yordania, Mesir, Uni Emirat Arab, Qatar, Prancis, Bahrain, Kuwait, Amerika Serikat, Rusia, Azerbaijan, dan Brasil.
Kunjungan Sharaa ke Washington pada November menjadi simbolik, karena ia menjadi pemimpin Suriah pertama yang diterima di Gedung Putih. Di PBB, ia juga menjadi presiden Suriah pertama yang berbicara di Sidang Umum dalam hampir enam dekade. “Suriah sedang menegaskan kembali posisinya yang sah di antara negara-negara dunia,” kata Sharaa.
Menteri Luar Negeri Asaad al-Shaibani menggambarkan kebijakan luar negeri Suriah sebagai “diplomasi Suriah baru”, yang menekankan dialog, kerja sama, dan memperkenalkan identitas negara setelah bertahun-tahun terisolasi. Pendekatan ini bertujuan memperkuat suara warga Suriah dan menggantikan kebijakan rezim lama yang cenderung memaksakan diri.
Menata Kembali Hubungan Assad-era dan Menjajaki Mitra Baru
Sementara Rusia dan China merupakan sekutu era Assad, pemerintahan Sharaa menempuh hubungan yang diklaim sebagai seimbang dan berbasis kepentingan. Sharaa bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin pada 15 Oktober, dan Shaibani mengunjungi Beijing pada 17 November untuk menegaskan upaya mendefinisikan ulang hubungan dengan China.
Pemerintahan transisi juga memperluas jaringan diplomatiknya. Di sela Sidang Umum PBB September lalu, Sharaa menandatangani deklarasi dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy yang menetapkan hubungan diplomatik. Suriah juga mengakui Kosovo pada 29 Oktober dan menjalin hubungan diplomatik dengan Korea Selatan pada 10 April.
Ketegangan dengan Israel
Di sisi lain, hubungan Suriah dengan Israel memburuk. Pejabat Suriah menyebut Israel telah melakukan lebih dari 1.000 serangan udara dan 400 penyusupan ke wilayah Suriah sejak kejatuhan Assad. Israel juga menempati tambahan 800 kilometer persegi di luar Dataran Tinggi Golan.
Upaya perundingan keamanan yang dipimpin AS antara Damaskus dan Tel Aviv belum membuahkan hasil. Israel menuntut perjanjian keamanan baru, sementara Suriah menegaskan penarikan Israel ke garis sebelum 8 Desember 2024 dan pemulihan Perjanjian Disengagement 1974, yang oleh Israel disebut batal hingga “ketertiban kembali di Suriah” terwujud.
Di konferensi internasional di Doha, Sharaa menyatakan telah menyampaikan “pesan positif kepada Israel terkait perdamaian dan stabilitas regional.” Namun, Israel tetap terpisah dari dukungan luas internasional terhadap transisi pasca-konflik Suriah.
“Negosiasi dengan Israel sedang berlangsung, dan AS terlibat … semua negara mendukung tuntutan kami agar Israel mundur ke perbatasan sebelum 8 Desember,” ujar Sharaa.
Presiden AS Donald Trump, dalam pembicaraan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mendesak Israel untuk tidak mengganggu perkembangan Suriah menuju negara yang sejahtera. Trump juga menyatakan puas atas kemajuan yang dicapai Suriah.


