Suriah menandatangani deklarasi kerja sama politik dengan Koalisi Global untuk Mengalahkan ISIS, menegaskan perannya sebagai “mitra dalam memerangi terorisme dan mendukung stabilitas regional,” kata Menteri Informasi Suriah Hamza al-Mustafa.
“Kesepakatan ini bersifat politik dan hingga saat ini tidak memuat komponen militer,” ujar al-Mustafa melalui platform media sosial X.
Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menggelar pertemuan di Gedung Putih, yang menurut al-Mustafa berlangsung “hangat, terbuka, dan berpandangan ke depan, lebih dari satu jam.”
Al-Mustafa mengutip Trump yang mengatakan, “Anda telah melakukan pekerjaan hebat — Anda memiliki dukungan kami,” sambil menambahkan bahwa pembahasan difokuskan pada perluasan kerja sama ekonomi, menarik investasi AS ke Suriah, serta pencabutan sanksi di bawah Undang-Undang Caesar.
Menurut al-Mustafa, Trump menegaskan kembali komitmennya: “Kita harus menyelesaikan ini — kita harus membantu Suriah.”
Menteri Informasi itu juga menyebutkan, kedua pihak membahas integrasi Pasukan Demokratik Suriah (SDF) ke dalam Tentara Suriah sebagai bagian dari upaya “memperkuat kesatuan institusi negara dan memastikan stabilitas yang berkelanjutan.”
Trump “menyatakan dukungannya terhadap potensi kesepakatan keamanan dengan Israel, yang bertujuan meningkatkan stabilitas nasional dan regional.”
Selain itu, AS mengumumkan pembukaan kembali resmi Kedutaan Besar Suriah di Washington DC, mengakhiri lebih dari satu dekade penutupan.
Menteri Luar Negeri Suriah Asaad al-Shaibani dan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menggelar sesi lanjutan untuk menyusun rencana eksekutif dari poin-poin kesepakatan, menunjukkan “keseriusan dan komitmen kedua pihak untuk kemajuan nyata.”
Sharaa meninggalkan Gedung Putih setelah hampir dua jam pertemuan dengan Trump dan pejabat senior.
Kunjungan ini menjadi yang pertama oleh pemimpin Suriah ke Gedung Putih sejak negara itu merdeka hampir 80 tahun lalu.


