Ada empat ribu lebih warga Palestina yang mendekam di balik jerusi besi Zionis Israel. Parahnya lagi, para tahanan yang merupakan warga sipil itu menjalani hukuman puluhan tahun bahkan penjara seumur hidup -tanpa tuntutan dan kesalahan yang jelas.
Ironisnya, mereka dilarang melihat keluarga bahkan tak jarang para narapidana itu tidak mendapatkan belai kasih dari anak-anak yang menyandang nama mereka sebelum perpisahan mereka satu sama lain.
Tidak ada pilihan tahanan selain menghadapi intimidasi dan perlakuan brutal dari pasukan penjajah. Di tengah kekejeman tersebut, tahanan Palestina menciptakan gagasan “selundupan sperma” dari penjara-penjara milik Israel agar istri mereka bisa memiliki anak walau terpisah oleh jarak dan waktu.
Biar jasad yang terpisah, tetapi harapan dan tekad mereka mampu menghidupkan kembali generasi bangsa di tengah kesengsaraan, walaupun sulit menembus pertahanan penjara dan resiko kegagalan yang mengancam.
Gagasan ini awalnya berbenturan dengan nilai agama dan sosial, namun ini dianggap sebagai langkah baru perjuangan dan tantangan menghadapi kebijakan keji penjajah. Tercatat, pada bulan Agustus 2012 di Kota Nablus, anak pertama berhasil lahir dari sperma selundupan.
Rakyat Palestina menyebut anak-anak yang lahir melalui sperma selundupan sebagai Safaraa Al-Hurriyah / Duta Kebebasan, artinya mereka yang dibebaskan dari penjara, menjadi anak yang menyandang kehormatan seperti ayahnya.
Memang tidak mudah menerapkan hal ini, tetapi tidak ada yang tidak mungkin bagi rakyat Palestina. Meskipun tahanan yang ketahuan lakukan tindakan ini mendapat perlakuan intimidasi dan melarang mereka untuk tidak melihat anak-anak dan keluarga bertahun-tahun dengan tujuan agar anak-anak mereka tidak mengenalinya lagi.
Menyaksian kelahiran anak dari jarak jauh tentu saja tidak mampu menggantikan gagasan kebebasan penuh hak hidup, pikiran dan jiwa, tetapi hal ini bisa mengurangi upaya penjajah yang terus menghalangi rakyat Palestina mencapai hak asasi manusianya atas kebebasan, pernikahan, melahirkan, dengan kehidupan yang bahagia di tengah bayang-bayang keluarga para pejuang.
Gagasan sperma selundupan menghadapi banyak kesulitan dan kegagalan karena faktor keamanan yang dialami tahanan serta batasan waktu kunjungan dan prosedur penjajah yang tidak jelas. Tetap tetap menjadi kunci kehidupan bagi lebih dari 200 anak yang menjadi duta kebebasan, merekalah pejuang senjata baru yang diciptakan oleh Palestina untuk menghadapi penjara dan sipir penjajahan.
Baru-baru ini, sebuah film propaganda berjudul Amira dirilis, menceritakan tentang penyelundupan sperma untuk tahanan Palestina dari penjara Israel, namun film tersebut dibuat berdasar persepsi penjajah, karena kekeliruan dalam mewujudkan sperma yang diterima dokter berasal dari seorang perwira Israel yang mandul yang memanipulasinya selama penyelundupan.
Film tersebut menimbulkan kecaman besar dan ketidakpuasan yang meluas dari berbagai pihak.
Lembaga-lembaga Palestina mempertanyakan garis keturunan anak tahanan yang lahir melalui “sperma selundupan” dalam film ini sehingga kampanye advokasi dilakukan tuntut keadilan bagi para tahanan dan berhasil mendorong produser film Amira untuk menghentikan penayangannya.
Faktanya banyak orang yang berlomba untuk menentang ketidakadilan penjajah. Hingga, rakyat Palestina bersatu, berdiri seperti gunung yang kokoh, lakukan semua upaya untuk menaklukkan propaganda tersebut dengan ketabahan dan tekadnya. []