Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dikabarkan mengambil keputusan untuk meningkatkan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza dan menerapkan “jeda kemanusiaan” harian dalam genosida tanpa melibatkan dua menteri dari sayap kanan ekstrem dalam pemerintahan koalisinya.
Keputusan tersebut diambil dalam sebuah pertemuan terbatas via konferensi telepon yang digelar pada hari Sabtu (26/7), yang bertepatan dengan hari Sabat, sehingga dua menteri ultra-Ortodoks, yakni Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, tidak hadir, menurut laporan media lokal Ynet, Ahad (27/7).
Langkah ini mencakup peningkatan pengiriman bantuan melalui udara oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan beberapa negara lainnya, serta pemberlakuan jeda pertempuran selama 10 jam setiap hari guna memfasilitasi distribusi bantuan kepada warga sipil di Gaza yang dilaporkan mengalami kondisi kelaparan ekstrem.
Menteri Pertahanan Israel Israel Katz, Menteri Luar Negeri Gideon Sa’ar, serta pejabat senior pertahanan lainnya turut dalam pertemuan tersebut bersama Netanyahu.
Menurut laporan, Ben Gvir—yang dikenal keras menolak segala bentuk bantuan ke Gaza—baru diberitahu pada Sabtu malam oleh Kantor Perdana Menteri dan menyatakan kemarahannya.
“Alasan mereka tidak mengikutsertakan saya adalah karena tidak ingin saya melanggar aturan Sabat. Itu hanya alasan semata. Saya siap 24 jam sepanjang Sabat karena saya menteri keamanan nasional,” kata Ben Gvir dalam pernyataan.
Ia menilai keputusan tersebut sebagai “kesalahan besar” dan menuduh Netanyahu sengaja tidak melibatkannya karena mengetahui bahwa ia menentang kebijakan tersebut.
“Ini adalah bentuk menyerah terhadap kampanye penipuan Hamas,” katanya.
Ia kembali menyerukan penghentian total pengiriman bantuan, penaklukan penuh atas Jalur Gaza, serta mendorong penduduk Palestina untuk meninggalkan wilayah tersebut. Meski demikian, ia tidak menyatakan akan keluar dari pemerintahan.
Sementara itu, Smotrich belum memberikan tanggapan terkait keputusan tersebut maupun absennya ia dalam pertemuan tersebut.
Kedua menteri tersebut selama ini konsisten menentang masuknya bantuan ke Gaza dengan alasan hal itu memperkuat Hamas dan menghambat penyerahan diri kelompok tersebut.
Keputusan peningkatan bantuan dan jeda pertempuran diambil menyusul meningkatnya tekanan internasional terkait krisis kemanusiaan di Gaza.