Menteri Luar Negeri Suriah, Assad al-Shaibani, bertemu dengan delegasi Israel di Paris, Selasa (19/8), dalam rangka membahas upaya meredakan ketegangan dan menjaga stabilitas di wilayah selatan Suriah. Informasi tersebut disampaikan oleh kantor berita resmi Suriah, SANA.
Dalam pertemuan tersebut, Suriah secara tegas menolak intervensi asing yang menganggu kedaulatan negaranya.
Suriah juga menegaskan dukungannya terhadap stabilitas kawasan, pemantauan gencatan senjata di Provinsi Suwayda, serta reaktivasi perjanjian pemisahan pasukan tahun 1974 antara Suriah dan Israel.
SANA melaporkan bahwa pembicaraan ini difasilitasi oleh Amerika Serikat sebagai bagian dari inisiatif diplomatik yang lebih luas untuk memperkuat keamanan di Suriah, sekaligus menjaga persatuan dan integritas wilayah negara tersebut.
Kelanjutan pertemuan tiga pihak
Pertemuan di Paris ini merupakan kelanjutan dari upaya diplomasi sebelumnya pada 12 Agustus lalu, ketika al-Shaibani mengadakan pertemuan trilateral di Amman, Yordania, dengan Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi dan Utusan Khusus AS untuk Suriah, Tom Barrack.
Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan pembentukan kelompok kerja bersama antara Suriah, Yordania, dan Amerika Serikat. Kelompok ini bertugas mendukung upaya pemerintah Suriah dalam memperkuat gencatan senjata di Suwayda serta mencari solusi komprehensif bagi krisis berkepanjangan di negara itu.
Perjanjian pemisahan pasukan tahun 1974 menetapkan zona penyangga antara pasukan Suriah dan Israel di Dataran Tinggi Golan, menyusul berakhirnya Perang Arab-Israel 1973 saat Hafez Assad berkuasa.
Meskipun telah berjalan selama beberapa dekade, pelaksanaan perjanjian ini sesekali menghadapi kendala di tengah dinamika regional.
Provinsi Suwayda, yang terletak di selatan Suriah dekat perbatasan Yordania, merupakan wilayah yang sebagian besar dihuni oleh komunitas Druze. Wilayah ini mengalami kekerasan sporadis sejak pecahnya konflik Suriah pada 2011 dan menjadi salah satu titik rawan dalam dinamika keamanan di Suriah.
Langkah diplomatik ini menjadi momen langka keterlibatan langsung antara Suriah dan Israel dengan mediasi Amerika Serikat, di tengah upaya yang terus berlangsung untuk menstabilkan kawasan selatan Suriah.