Tomas Adzgauskas, mantan perwira cadangan Israel yang meninggal karena bunuh diri awal pekan ini di Ashdod, meninggalkan sejumlah unggahan daring yang menggambarkan gejolak psikologis yang dialaminya setelah peristiwa 7 Oktober 2023 dan penugasannya di Gaza.
Dalam hari-hari terakhir sebelum wafat, Adzgauskas menulis secara terbuka tentang kondisi mentalnya yang memburuk, yang ia kaitkan langsung dengan perang. Ia menyebut konflik itu telah menghancurkan jati dirinya dan membuatnya tidak mampu melanjutkan hidup.
“Hidup saya hancur pada 7 Oktober — tanggal yang menghancurkan segala yang saya miliki,” tulisnya dalam salah satu pesan terakhir.
Dalam kondisi tertekan dan diliputi rasa bersalah, ia menambahkan:
“Aku tak sanggup lagi; aku hanya reruntuhan… Aku melakukan hal-hal yang tak termaafkan dan tak bisa hidup dengan itu. Tak ada yang benar-benar mengerti aku.”
Adzgauskas juga menulis bahwa ia merasa dihantui oleh pengalaman yang dialaminya:
“Ada iblis di dalam diriku yang menghantuiku sejak 7 Oktober.”
Dalam salah satu pesannya, ia meminta untuk dikenang sebagai sosok dirinya sebelum perang mengubah segalanya:
“Tolong lupakan aku dan ingat Tomas Adzgauskas, seorang perwira yang memimpin para penembak jitu. Tomas itu mati pada 7 Oktober; yang tersisa hanyalah jiwa yang mencari kedamaian.”
Ia mengaku hampir dua tahun tidak mampu berdamai dengan dirinya sendiri:
“Selama dua tahun aku tak mampu hidup dengan diriku sendiri.”
Data resmi Israel pada akhir Oktober menunjukkan 279 upaya bunuh diri di kalangan personel militer dalam 18 bulan terakhir, dengan 36 tentara meninggal dalam periode yang sama. Tinjauan internal militer menyebut sebagian besar kasus berkaitan dengan kondisi intens dan traumatis yang dialami para prajurit di Gaza.
Sementara itu, situasi kemanusiaan di Gaza tetap memprihatinkan. Meski gencatan senjata diberlakukan pada 10 Oktober 2023, Israel dilaporkan berulang kali melanggarnya, mengakibatkan ratusan korban tambahan. Akses terhadap kebutuhan dasar seperti pangan dan obat-obatan masih sangat terbatas bagi 2,4 juta penduduk Gaza.
Sejak Oktober 2023, serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 70.000 warga Palestina—sebagian besar perempuan dan anak-anak—serta melukai sekitar 171.000 orang lainnya.


