Mustafa Barghouti, Sekretaris Jenderal Inisiatif Nasional Palestina, mengatakan bahwa Perdana Menteri Israel “ingin mendapatkan citra kemenangan,” tetapi Yahya Sinwar, di akhir hidupnya, justru “memberikan dunia citra kegagalan Netanyahu.”
“Semua kebohongan yang [Israel] sampaikan tentang Sinwar terungkap – bahwa dia bersembunyi di balik warga sipil dan menggunakan mereka sebagai tameng manusia terbukti sebagai kebohongan. Kebohongan bahwa dia bersembunyi di balik tawanan Israel juga terbukti salah, dan klaim bahwa dia melarikan diri dan bersembunyi di terowongan juga terungkap,” kata Barghouti kepada Al Jazeera, seraya mencatat bahwa Sinwar berada di Rafah melawan tentara Israel.
“Sinwar memperlihatkan betapa salahnya propaganda Israel, tidak hanya tentang dirinya, tetapi juga tentang situasi secara keseluruhan,” tambahnya.
Sebelumnya, Wakil Kepala Biro Politik Hamas Khalil Hayya, mengeluarkan pernyataan pada Jumat (18/10) yang mengonfirmasi gugurnya pemimpin kelompok tersebut, Yahya Sinwar, oleh pasukan Israel di Gaza.
Dalam pidatonya, Hayya menggambarkan Sinwar sebagai sosok yang “teguh, berani, dan tak tergoyahkan.” Sinwar, kata Hayya, juga “mengorbankan hidupnya untuk perjuangan pembebasan kami.”
“Dia menemui ajalnya dengan berani, dengan kepala tegak, memegang senjatanya, menembak hingga nafas terakhir, hingga momen terakhir dalam hidupnya,” jelas Hayya.
“[Sinwar] telah menjalani seluruh hidupnya sebagai pejuang suci. Sejak masa mudanya, ia terlibat dalam perjuangannya sebagai pejuang perlawanan. Ia tetap menantang di balik jeruji besi Israel dan setelah dibebaskan dalam kesepakatan penukaran tahanan, ia melanjutkan perjuangan dan dedikasinya terhadap perjuangan ini.”