Tokoh tertinggi spiritual komunitas Druze di Suriah, Syaikh Yusuf Jarbua, menyatakan bahwa mayoritas warga Suweida mendukung kesepakatan damai terbaru dengan pemerintah Suriah.
Hal itu, menurutnya, sebagai satu-satunya jalan untuk mengakhiri kekacauan dan mengembalikan stabilitas ke wilayah yang dilanda bentrokan berdarah selama beberapa hari terakhir.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera pada Rabu (16/7/2025), Jarbua menegaskan bahwa seandainya kesepakatan tersebut diajukan dalam bentuk referendum, mayoritas mutlak warga Suweida akan menyetujuinya.
Ia mengatakan bahwa krisis terbaru telah memperjelas bagi semua pihak bahwa “kembali ke pangkuan negara adalah satu-satunya jalan untuk menghentikan pertumpahan darah.”
Pernyataan ini muncul bersamaan dengan pengumuman resmi gencatan senjata antara pemerintah Suriah dan kelompok bersenjata di Suweida.
Perjanjian itu juga mencakup penarikan sebagian pasukan pemerintah dari dalam kota dan pengalihan tugas pengamanan kepada petugas dari kalangan warga lokal.
Namun, seruan damai itu ditolak oleh Syaikh Hikmat al-Hijri, pemimpin kelompok bersenjata lokal yang dituding mendapat dukungan Israel.
Dalam pernyataannya, al-Hijri berjanji akan melanjutkan perlawanan bersenjata hingga seluruh tanah Suweida dibebaskan.
“Hijri tak mewakili mayoritas”
Menurut Syaikh Jarbua, al-Hijri hanya didukung oleh sebagian kecil warga dan tidak mewakili suara mayoritas penduduk Suweida.
“Kelompok yang dipimpinnya tak mampu menghadapi kekuatan pemerintah dan justru menyeret kota ini ke dalam kekacauan, pembunuhan, dan kehancuran,” ujar Jarbua.
Ia juga mengingatkan bahwa kelanjutan pertempuran hanya akan memperparah penderitaan rakyat.
“Bila kondisi seperti ini terus berlanjut, sebagian warga bahkan tidak akan bisa keluar rumah untuk membeli makanan. Ini harus dihentikan,” tambahnya.
Jarbua juga mengecam serangan udara Israel yang dilakukan atas nama melindungi komunitas Druze.
Ia menegaskan bahwa serangan tersebut merupakan bentuk agresi terhadap seluruh rakyat Suriah, termasuk komunitas Druze yang merupakan bagian tak terpisahkan dari bangsa Suriah.
“Sikap beberapa pihak yang memanfaatkan kondisi di selatan Suriah secara negatif hanya menambah beban pada komunitas Druze dan menciptakan permusuhan terhadap kami,” ujarnya.
Meski demikian, Jarbua tetap menyampaikan rasa hormat kepada Syaikh al-Hijri.
“Saya menghormati posisinya, namun dia juga harus menghormati suara mayoritas yang memilih berdamai dan kembali ke pangkuan negara,” katanya.
Serangan Israel meluas
Di sisi lain, situasi keamanan kian memanas dengan diperluasnya serangan udara Israel ke berbagai wilayah Suriah.
Jet-jet tempur Israel menggempur markas besar militer di Damaskus dan wilayah sekitar istana kepresidenan, serta melancarkan serangan intensif di Suweida dan kota tetangganya, Daraa. Bahkan pasukan Israel dikerahkan ke wilayah Dataran Tinggi Golan yang diduduki.
Pemerintah Suriah mengecam keras tindakan Israel tersebut dan menegaskan haknya untuk mempertahankan wilayah kedaulatannya.
Kementerian Luar Negeri Suriah telah mengajukan protes resmi ke Dewan Keamanan PBB dan mendesak pengambilan langkah konkret untuk menghentikan agresi Israel yang dilakukan dengan dalih melindungi komunitas Druze.
Dari Washington, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya serangan Israel di Suriah.
Dalam pernyataan singkat kepada wartawan, Rubio menyebut telah berbicara langsung dengan berbagai pihak terkait melalui sambungan telepon dan menyerukan agar semua pihak menahan diri guna mencegah meluasnya konflik.