Monday, November 24, 2025
HomeBeritaTurki turun tangan, Erdogan akan mediasi Rusia-Ukraina

Turki turun tangan, Erdogan akan mediasi Rusia-Ukraina

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Minggu bahwa ia akan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin, hanya beberapa hari setelah Amerika Serikat mengumumkan rencana kontroversial untuk mengakhiri perang di Ukraina.

“Besok saya akan melakukan panggilan telepon dengan Tuan Putin,” ujar Erdogan dalam konferensi pers di sela KTT G20 di Afrika Selatan. Pernyataan itu disampaikan di tengah penolakan dari Kyiv dan para sekutunya terhadap rancangan rencana perdamaian AS yang memuat sejumlah tuntutan keras Moskow.

Presiden AS Donald Trump memberi Ukraina waktu hingga 27 November untuk menyetujui rencana yang ditujukan mengakhiri konflik yang hampir empat tahun berlangsung tersebut.

Erdogan menegaskan bahwa Turki akan mengerahkan segala upaya untuk membantu menghentikan perang.

“Begitu banyak nyawa telah melayang. Saya akan membahas dengan (Putin) langkah apa yang bisa kita ambil untuk menghentikan pertumpahan darah ini. Setelah pembicaraan tersebut, saya yakin dapat berdiskusi mengenai hasilnya dengan para mitra di Eropa, Tuan Trump, dan para sahabat lainnya,” ujarnya.

Pada 19 November, Erdogan menjamu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Ankara. Dalam pertemuan itu, ia mendesak kedua pihak kembali ke meja perundingan di Istanbul, tempat tiga putaran pembicaraan digelar awal tahun ini.

Zelensky mengatakan kunjungannya ke Ankara bertujuan menghidupkan kembali keterlibatan AS dalam upaya diplomatik mengakhiri invasi Rusia, serta mendorong kebangkitan perundingan damai yang mandek.

Upaya menghidupkan kembali koridor gandum?
Namun, utusan Trump, Steve Witkoff, tidak hadir dalam pertemuan di Turki dan Zelensky pulang tanpa membawa hasil yang signifikan.

Beberapa hari kemudian, rincian rencana 28 poin Trump mencuat, mengejutkan Kyiv dan sekutu Eropa karena isi rencana tersebut pada dasarnya memaksa Ukraina menyerahkan wilayah, mengurangi ukuran militernya, dan berjanji tidak akan bergabung dengan NATO.

Perundingan Istanbul yang berlangsung antara Mei dan Juli sebelumnya hanya menghasilkan pertukaran tahanan dalam skala besar.

Erdogan mengatakan ia juga akan menanyakan kepada Putin mengenai kemungkinan menghidupkan kembali kesepakatan koridor gandum yang sempat berlaku singkat. Kesepakatan yang ditengahi Turki dan PBB pada 2022 itu memungkinkan pengiriman gandum Ukraina melalui Laut Hitam dengan aman.

Perjanjian tersebut berjalan selama lebih dari setahun sebelum Rusia menarik diri dengan alasan kesepakatan terpisah untuk meringankan sanksi atas ekspor pertanian Rusia tidak dilaksanakan.

“Koridor gandum sebenarnya dimaksudkan sebagai jalan pembuka menuju perdamaian. Meski sempat berhasil, kesepakatan itu tidak berlanjut. Dalam pertemuan besok saya akan kembali menanyakan hal ini kepada Tuan Putin,” kata Erdogan.

“Saya kira akan sangat bermanfaat bila proses ini bisa kita mulai kembali.”

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler