Lebih dari 50 anak dilaporkan tewas akibat serangan Israel di kamp pengungsi Jabalia, Gaza, dalam waktu 48 jam terakhir, menurut UNICEF.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa tingkat kematian anak-anak yang mengerikan ini mencerminkan intensitas perang terhadap anak-anak.”
Rachel Cummings, Direktur Kemanusiaan Save the Children, menyatakan bahwa anak-anak di Gaza terus-menerus berada di bawah bombardir dan hidup dalam ketakutan.
“Anak-anak mengalami serangan tanpa henti dan berada dalam kondisi ketakutan yang terus-menerus,” ujarnya seperti dilaporkan Anadolu pada Senin (4/11).
Sejak Oktober tahun lalu, lebih dari 16.700 anak telah tewas dalam serangan Israel di Gaza, yang merupakan lebih dari sepertiga dari total korban jiwa 43.341 yang dikonfirmasi oleh otoritas kesehatan setempat.
Cummings menambahkan bahwa jumlah korban di kalangan anak-anak tidak termasuk sekitar 20.000 yang hilang atau terpisah dari keluarga akibat perang ini.
Selama sebulan terakhir, Israel dilaporkan telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dan memblokir masuknya bantuan makanan dan medis ke wilayah utara Gaza.
Cummings menggambarkan situasi tersebut sebagai “bencana yang sangat mengerikan,” dengan banyak orang yang terpaksa menghadapi serangan udara dan kekurangan makanan serta air.
Dokter Hussam Abu Safia dari Rumah Sakit Kamal Adwan, satu-satunya fasilitas medis yang berfungsi di utara Gaza, mengatakan bahwa rumah sakit tersebut telah dipenuhi dengan korban.
Ia mendesak masyarakat internasional untuk mendesak adanya “jalur kemanusiaan yang mendesak” untuk pengiriman bahan bakar dan pasokan medis.
UNICEF dalam pernyataannya menyebutkan bahwa anak-anak yang tewas merupakan korban dari serangan Israel yang menghancurkan dua gedung tempat tinggal.
Catherine Russell, Direktur Eksekutif UNICEF, menyatakan bahwa peristiwa terbaru ini menambah bab kelam dalam sejarah perang yang mengerikan ini.