Friday, November 28, 2025
HomeBeritaUNIFIL: Israel lakukan 10.000 pelanggaran sejak gencatan senjata 2024

UNIFIL: Israel lakukan 10.000 pelanggaran sejak gencatan senjata 2024

Pasukan perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) pada Kamis menyatakan bahwa lebih dari 10.000 pelanggaran udara dan darat oleh Israel telah tercatat sejak kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hezbollah pada November 2024.

Dalam pernyataan memperingati satu tahun gencatan senjata tersebut, UNIFIL menegaskan bahwa kepatuhan penuh terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, “baik secara tekstual maupun prinsip,” merupakan satu-satunya jalan menuju ketenangan jangka panjang di sepanjang Blue Line, perbatasan de facto antara Lebanon dan Israel.

UNIFIL menjelaskan bahwa sepanjang tahun lalu, pasukan perdamaian bekerja sama dengan berbagai pihak “untuk membantu menstabilkan Lebanon selatan.”

Mereka tetap melakukan patroli, mendukung redeployment tentara Lebanon dan operasi berikutnya guna memastikan wilayah selatan Sungai Litani berada di bawah kendali eksklusif mereka, serta membantu membersihkan jalan dan bahaya lainnya.

Namun, misi tersebut menekankan bahwa “tantangan masih ada,” termasuk keberadaan senjata dan aset yang tidak sah, serta posisi militer Israel yang tetap bertahan di dalam wilayah Lebanon.

UNIFIL menggarisbawahi bahwa warga sipil di kedua sisi Blue Line “telah sangat menderita akibat konflik ini,” dan keselamatan mereka harus menjadi prioritas utama.

Gencatan senjata 27 November 2024 itu dicapai setelah lebih dari satu tahun serangan antara Hezbollah dan Israel, yang bermula pada Oktober 2023 dan meningkat menjadi ofensif besar pada September 2024. Lebih dari 4.000 orang tewas dan 17.000 lainnya luka-luka akibat serangan Israel.

Sesuai kesepakatan, Israel seharusnya menarik seluruh pasukannya dari Lebanon selatan pada Januari lalu. Namun, penarikan itu hanya dilakukan sebagian, dan Israel masih mempertahankan kehadiran militer di lima pos perbatasan.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler