Friday, October 3, 2025
HomeBeritaUPDATE - Israel culik lebih 450 aktivis Global Sumud Flotilla

UPDATE – Israel culik lebih 450 aktivis Global Sumud Flotilla

Pasukan angkatan laut Israel menyerang armada bantuan internasional yang tengah berlayar menuju Jalur Gaza dan menahan lebih dari 450 aktivis di atas kapal, demikian disampaikan penyelenggara misi kemanusiaan tersebut, Kamis (3/10/2025).

Dalam pernyataan di media sosial Instagram, kelompok Global Sumud Flotilla menyebutkan bahwa sebanyak 42 kapal telah dicegat secara ilegal oleh pasukan Israel di perairan internasional.

“Para penumpang diculik secara tidak sah,” demikian pernyataan mereka. “Dunia telah menyaksikan apa yang terjadi saat warga sipil menantang blokade. Namun kapal Marinette tetap berlayar.”

Menurut Komite Internasional untuk Mengakhiri Pengepungan Gaza (ICBSG), kapal Marinette masih melanjutkan pelayaran menuju Gaza, meskipun tertinggal karena mengalami gangguan teknis.

Lebih dari 450 aktivis dari 47 negara dilaporkan telah dipindahkan ke Pelabuhan Ashdod, Israel selatan. Para aktivis yang berada di kapal berasal dari berbagai kewarganegaraan, termasuk Spanyol, Italia, Brasil, Turki, Yunani, Amerika Serikat, Jerman, Swedia, Inggris, Prancis, dan negara lainnya.

Kementerian Luar Negeri Israel dalam pernyataannya menyebut bahwa para aktivis yang ditahan akan dideportasi ke negara-negara Eropa melalui Pelabuhan Ashdod. Satu kapal yang masih berlayar di kejauhan disebut akan dicegah mendekati wilayah Gaza.

Kantor penyiaran publik Israel, KAN, sebelumnya melaporkan bahwa pasukan laut negara itu menyita 41 kapal yang mengangkut sekitar 400 peserta dalam operasi yang berlangsung selama 12 jam. Seluruh kapal kemudian ditarik ke Pelabuhan Ashdod.

Global Sumud Flotilla menyatakan bahwa pasukan Israel mengepung kapal-kapal tersebut saat mereka mendekati wilayah Gaza untuk menantang blokade yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Para aktivis melaporkan gangguan sinyal dan pemutusan komunikasi di sebagian besar kapal.

Sejumlah video yang diunggah di media sosial memperlihatkan kapal-kapal militer Israel mendekati konvoi dan memerintahkan mereka mengubah haluan.

Tudingan Kekerasan

ICBSG menuduh Israel menggunakan kekerasan terhadap para aktivis. Disebutkan bahwa kapal militer Israel menabrak salah satu kapal bantuan, menggunakan meriam air, dan memaksa naik ke atas kapal-kapal lainnya. Para aktivis juga dilaporkan mengalami perlakuan kasar selama proses penahanan.

Armada bantuan itu saat diserang berada kurang dari 80 mil laut (sekitar 148 kilometer) dari Gaza. Para aktivis melaporkan bahwa lebih dari 20 kapal perang Israel mendekati konvoi, sambil mengeluarkan perintah untuk mengubah arah pelayaran.

Serangan ini terjadi setelah konvoi melewati titik lokasi serangan terhadap kapal Madleen dan Handala yang terjadi pada bulan Juni dan Juli lalu.

Rekaman langsung dari konvoi memperlihatkan para aktivis mengenakan jaket pelampung saat kapal militer Israel mendekat.

Serangan terhadap armada bantuan ini terjadi meskipun berbagai organisasi internasional, termasuk Amnesty International, telah menyerukan perlindungan bagi misi kemanusiaan tersebut. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga telah memperingatkan bahwa serangan terhadap konvoi sipil tidak dapat diterima.

Sebagai kekuatan pendudukan, Israel sebelumnya pernah menyerang kapal-kapal bantuan menuju Gaza, menyita muatan, dan mendeportasi para aktivis di atasnya.

Armada bantuan yang diberangkatkan pada akhir Agustus lalu itu membawa pasokan kemanusiaan dan obat-obatan. Ini merupakan pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir sekitar 50 kapal berlayar bersama membawa ratusan warga sipil pendukung misi kemanusiaan ke Gaza.

Israel telah memberlakukan blokade terhadap Gaza—wilayah yang dihuni hampir 2,4 juta jiwa—selama hampir 18 tahun. Blokade itu diperketat sejak Maret lalu, dengan penutupan perbatasan serta pelarangan pengiriman makanan dan obat-obatan, yang mendorong wilayah tersebut menuju kelaparan massal.

Sejak Oktober 2023, serangan Israel dilaporkan telah menewaskan lebih dari 66.200 warga Palestina, sebagian besar merupakan perempuan dan anak-anak. PBB dan kelompok-kelompok HAM telah berulang kali memperingatkan bahwa Gaza semakin tidak layak huni, dengan kelaparan dan wabah penyakit yang terus meluas.

 

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler