Sunday, March 30, 2025
HomeBeritaWarga Palestina berbondong-bondong ke Masjid Al-Aqsha hidupkan malam Lailatul Qadar

Warga Palestina berbondong-bondong ke Masjid Al-Aqsha hidupkan malam Lailatul Qadar

Dalam 48 jam ke depan, mulai siang hari Rabu hingga siang hari Jumat, sebanyak 150 bus dari Kota Umm al-Fahm akan membawa ribuan warga Palestina dari wilayah pendudukan 1948 menuju Masjid Al-Aqsha di Yerusalem yang diduduki.

Perjalanan ini merupakan bagian dari inisiatif “Nabd Al-Aqsha” (Denyut Al-Aqsa), yang telah berkembang menjadi simbol utama bagi siapa saja yang ingin bepergian ke kiblat pertama umat Islam sejak diluncurkan tiga tahun lalu.

Muhammad Fayadh, salah satu anggota inisiatif “Nabd Al-Aqsha”, mengatakan kepada Al Jazeera Net bahwa inisiatif ini lahir untuk mengisi kekosongan. Karena sebelumnya tidak ada sistem terorganisir bagi warga yang ingin pergi ke Masjid Al-Aqsha.

“Kami menyediakan solusi ini dengan pendanaan dari para dermawan dan melalui donasi dari para jemaah yang menggunakan bus ini,” ujarnya.

Selama 2 minggu pertama bulan Ramadan, sebanyak 200 bus telah berangkat dari Umm al-Fahm menuju Masjid Al-Aqsa, yang berjarak 95 kilometer dari kota tersebut.

Pada minggu ketiga, 120 bus telah diberangkatkan. Sementara itu, pada malam Lailatul Qadar, inisiatif ini akan mengerahkan 150 bus dengan tujuan untuk menghidupkan malam yang penuh berkah tersebut dan tetap tinggal hingga selesai shalat Tarawih pada hari Jumat.

Perjalanan harian

Bus-bus ini mengangkut lebih dari 7.500 jemaah, terdiri dari orang tua, pemuda, dan anak-anak. Fayadh mencatat bahwa tahun ini terjadi peningkatan signifikan dalam partisipasi kaum muda, baik laki-laki maupun perempuan.

Bahkan, banyak keluarga yang ikut serta secara penuh, serta beberapa orang memilih untuk bepergian dengan kendaraan pribadi mereka sendiri.

Ketika ditanya mengapa Umm al-Fahm menjadi kota yang begitu menonjol dalam perjalanan ke Masjid Al-Aqsha, Fayadh menjelaskan bahwa keberlanjutan program perjalanan sepanjang tahun membuat masyarakat terbiasa untuk berpartisipasi.

“Kami memiliki program tetap yang memastikan bus tersedia setiap hari dan didistribusikan ke berbagai lingkungan agar semua warga dapat ikut serta,” katanya.

Pada hari Kamis, Jumat, dan Sabtu, bus berangkat dari hampir semua lingkungan karena akhir pekan merupakan waktu yang paling banyak dimanfaatkan oleh warga untuk beribadah di Masjid Al-Aqsha. Terutama shalat Subuh berjamaah pada hari Jumat.

Biaya perjalanan menggunakan bus untuk shalat Subuh dari Umm al-Fahm adalah 2.200 shekel (sekitar 600 dolar AS). Sementara untuk shalat Tarawih mencapai 2.400 shekel (sekitar 654 dolar AS).

Pada malam Lailatul Qadar, biaya ini meningkat karena tingginya permintaan yang menyebabkan bus harus melakukan perjalanan bolak-balik antara kota tersebut dan Yerusalem lebih dari sekali.

Mayoritas bus di Umm al-Fahm beroperasi di bawah inisiatif “Nabd Al-Aqsha”, meskipun ada juga bus yang disediakan oleh pihak lain.

Pengalaman spiritual yang berbeda

Maysun Jabarin (Umm Muhammad) tidak pernah melewatkan satu pun perjalanan dari Umm al-Fahm menuju kiblat pertama umat Islam.

Ia hampir setiap hari melakukan perjalanan ke Masjid Al-Aqsha selama bertahun-tahun. Sehingga banyak jemaah yang sudah mengenalnya dan menantikan suguhan khasnya yang ia bagikan dengan senyum setiap pagi Jumat di depan Masjid Qibli.

“Di mana pun di Al-Aqsa, selalu ada jejak Umm al-Fahm. Warga kami tidak pernah absen dalam perjalanan ke sana dan berusaha untuk hadir sepanjang tahun dalam setiap shalat guna memakmurkan masjid ini, karena ini adalah bagian dari keyakinan kami dan kami tumbuh dengan mencintainya,” ujar Umm Muhammad kepada Al Jazeera Net.

Wanita berusia 52 tahun ini menyiapkan sahur untuk suami dan delapan anaknya sebelum berangkat ke Al-Aqsha.

Sesampainya di sana, ia berbuka puasa dengan kurma dan segelas air Zamzam, serta minuman laban (susu fermentasi).

Setelah menunaikan shalat Isya dan Tarawih, ia kembali ke Umm al-Fahm setelah tengah malam dan segera bersiap untuk perjalanan selanjutnya.

“Saat saya memutuskan untuk fokus beribadah di masjid ini, saya merasakan bahwa Allah mempermudah segala urusan saya. Kehidupan saya menjadi lebih ringan dan saya merasa kembali muda seperti gadis berusia 20 tahun. Di dalam Al-Aqsha, saya merasa seperti terbang karena kebahagiaan,” katanya.

Umm Muhammad lebih suka melaksanakan shalatnya di area Ba’ika Barat Daya. Ia berusaha untuk selalu berada di shaf pertama.

“Pemandangan Masjid Qibli di depan saya dan Dome of the Rock di belakang saya sangat memukau. Tidak ada yang lebih indah dari itu,” ujarnya.

Setiap kali tiba di Yerusalem, ia turun dari bus di Bab al-Amoud dan menyempatkan diri berbelanja di pasar Kota Tua.

“Semuanya terasa berkah dan memiliki cita rasa khusus di sini. Para pedagangnya ramah, mereka menyapa saya dengan nama karena sudah terbiasa melihat saya datang,” katanya.

Sebelum mengakhiri pembicaraan, Umm Muhammad berbagi keinginannya.

“Saya sudah berpesan kepada keluarga saya agar menulis di batu nisan saya: ‘Pecinta Al-Aqsha’. Harapan terbesar saya adalah tetap menjadi bagian dari jemaah dan penjaga masjid ini selama saya masih hidup,” tuturnya.

Selain inisiatif dari berbagai kota dan desa di Palestina, Asosiasi Al-Aqsha juga memainkan peran penting melalui proyeknya yang disebut “Kafilat Al-Aqsha” (Konvoi Al-Aqsha).

Menurut Direktur asosiasi tersebut, Yazid Jaber, sejak awal Ramadan, sekitar 2.400 bus telah tiba di Masjid Al-Aqsha di bawah naungan proyek ini.

Bus-bus tersebut berasal dari berbagai wilayah sebagai berikut: 1.170 bus dari wilayah Galilea, 650 bus dari wilayah Tengah, 280 bus dari wilayah Negev. Sisanya berasal dari daerah lain.

Dalam wawancara dengan Al Jazeera Net, Jaber menjelaskan bahwa Asosiasi Al-Aqsha mengatur perjalanan ini sepanjang tahun bagi warga Palestina di wilayah pendudukan 1948.

Pada bulan Ramadan, mereka meningkatkan jumlah bus dan membentuk komite khusus untuk memastikan keberangkatan berjalan lancar.

Untuk persiapan Malam Lailatul Qadar, asosiasi ini akan mengerahkan 310 bus dari berbagai wilayah dan menyiapkan makan malam terbesar bagi para jemaah yang tiba di Masjid Al-Aqsha. Makanan akan didistribusikan di dalam masjid serta di gerbang Kota Tua Yerusalem.

Sepanjang tahun 2024, asosiasi ini berhasil mengirimkan 4.588 bus ke Masjid Al-Aqsha, meskipun pada bulan Januari dan Februari bus sempat dilarang memasuki Yerusalem dan hanya bisa berhenti di pinggir kota.

Hal ini menyebabkan penurunan jumlah perjalanan dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Di akhir wawancara, Jaber menyoroti peran berbagai kota seperti Tira, Kafr Qasim, Umm al-Fahm, Sakhnin, Rahat, Tamra, dan Baqa al-Gharbiya yang juga mengorganisir perjalanan secara mandiri, di luar koordinasi dengan asosiasi.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular