Dengan hanya enam hari menuju pemilu presiden AS, rakyat Palestina melihat tidak ada perbedaan antara kandidat Kamala Harris dan Donald Trump.
Warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki menyatakan bahwa hasil pemilu 5 November tidak akan mengubah dukungan politik dan militer Washington terhadap Israel di tengah perang brutal di Jalur Gaza.
Lebih dari 43.100 orang, mayoritas wanita dan anak-anak, telah tewas dan lebih dari 101.500 lainnya terluka akibat serangan Israel yang meluluhlantakkan Gaza.
“Kami tidak mengharapkan apa pun dari pemerintahan AS yang akan datang atau siapa pun yang menang dalam pemilu,” kata Mahmoud Nawajaa, koordinator Komite Nasional Palestina untuk Boikot Israel (BDS), kepada Anadolu pada Rabu (30/10).
“Genosida yang dilakukan terhadap rakyat kami di Gaza, serta kejahatan lainnya di Palestina dan Lebanon, tidak akan terjadi tanpa dukungan AS,” tambahnya, menyebut Israel sebagai “ujung tombak proyek imperialis” di kawasan.
“Dua sisi mata uang yang sama”
Jamal Juma, koordinator Kampanye Anti-Apartheid Palestina (Stop the Wall), menyatakan pandangan serupa. “Kami sama sekali tidak menaruh harapan pada pemilu AS,” katanya kepada Anadolu.
“Selama bertahun-tahun, kedua partai Amerika terbukti sebagai dua sisi mata uang yang sama,” ungkap Juma, menyoroti keputusan Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada 2017, dan kebijakan Presiden Joe Biden yang dinilainya membenarkan genosida.
Bias AS terhadap Israel
Aktivis politik Palestina Omar Assaf menilai rakyat Palestina tidak bergantung pada hasil pemilu AS. “Siapa pun yang melakukannya adalah ilusi, karena Amerika beroperasi melalui institusinya dan condong terhadap agresi Israel,” ujarnya.
“Wajah Sebenarnya”
Osama Abdel Karim, seorang insinyur Palestina, mengatakan bahwa warga Palestina tidak berharap apa pun dari pemerintahan AS yang akan datang. “Semua pemerintahan AS, baik Republik maupun Demokrat, mendukung Israel secara politik dan militer,” katanya.
Mahasiswa universitas, Obadah Muhaysen dari Betlehem, menyebut perang Gaza telah menunjukkan wajah sebenarnya AS. “Perang Israel di Gaza, yang didukung dan didanai AS, menunjukkan wajah AS yang sebenarnya, yang mengklaim mendukung etika, demokrasi, dan hak asasi manusia,” ujarnya.