Aksi unjuk rasa digelar di Rotterdam, Belanda, pada Rabu (22/5), setelah sebuah kapal pengangkut suku cadang jet tempur F-35 dari Israel berlabuh di pelabuhan kota tersebut.
Aksi ini memicu kritik keras dari para aktivis yang menuding Belanda turut mendukung pengiriman senjata ke Israel, meskipun ada putusan pengadilan yang melarang hal tersebut.
Massa dalam jumlah besar, sebagian besar warga Belanda, berkumpul di depan Balai Kota Rotterdam untuk mengecam kedatangan kapal milik perusahaan pelayaran Maersk.
“Maersk untung dari genosida!” teriak para demonstran dalam orasinya.
Dalam aksi tersebut, para pembicara mengingatkan pada putusan pengadilan Belanda tahun 2023 yang memerintahkan penghentian ekspor suku cadang F-35 ke Israel, dengan alasan pelanggaran hukum humaniter internasional yang terjadi di Gaza.
Namun, menurut penyelenggara aksi, pemerintah kota Rotterdam dan otoritas pelabuhan diduga tetap memfasilitasi masuknya kapal melalui jalur tidak langsung, sehingga dinilai turut membantu industri militer Israel.
Mereka menyebut kapal Maersk sebagai bagian dari jaringan logistik yang lebih luas yang mendukung produksi senjata Israel.
Aksi protes sempat memblokir jalan dan jalur trem di depan Balai Kota, sebelum massa bergerak melakukan long march ke pusat kota. Unjuk rasa kemudian dilanjutkan dengan aksi duduk (sit-in) di salah satu persimpangan sibuk menuju Jembatan Erasmus, yang menyebabkan lalu lintas terhenti.
Pemerintah Belanda saat ini menghadapi tekanan publik yang meningkat atas hubungan dagang dan militer dengan Israel di tengah berlanjutnya konflik di Gaza.