Sunday, August 10, 2025
HomeBeritaWaspada perang lawan Israel, intel Turki minta warga dilibatkan dalam pertahanan negara

Waspada perang lawan Israel, intel Turki minta warga dilibatkan dalam pertahanan negara

Sebuah laporan intelijen terbaru yang dirilis Akademi Intelijen Nasional Turki menyerukan pembentukan sistem nasional yang melibatkan warga sipil, termasuk anak-anak, sebagai sumber informasi intelijen dalam rangka menghadapi ancaman perang hibrida.

Dokumen bertajuk “Perang 12 Hari dan Pelajaran bagi Turki” itu disusun sebagai respons atas konflik berskala tinggi antara Iran dan Israel yang terjadi pada 13–24 Juni 2025.

Menurut akademi yang berada di bawah Badan Intelijen Nasional (MIT) tersebut, perang menunjukkan bahwa konflik modern tidak hanya terjadi di medan tempur konvensional, melainkan juga mencakup serangan siber, perang elektronik, operasi psikologis, dan penyebaran disinformasi.

Laporan menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat hingga tingkat lingkungan dalam mendeteksi dan mencegah ancaman. Dalam konteks ini, peran petugas ronda lingkungan atau bekçi—yang berpatroli pada malam hari di kawasan permukiman—didorong untuk diintegrasikan dengan lembaga strategis negara.

Intelijen tak lagi eksklusif

Laporan tersebut menyatakan bahwa di tengah ancaman konflik modern, kegiatan intelijen tidak dapat dibatasi hanya pada lembaga resmi. Sebagai gantinya, masyarakat luas perlu dimobilisasi. Salah satu contoh yang dikutip adalah pengalaman Iran selama serangan udara Israel, di mana laporan dari warga disebut berhasil membantu menyita kendaraan berpeluru kendali dan menangkap individu yang membawa peralatan mata-mata.

Bahkan, laporan menyebut bahwa kemajuan teknologi komunikasi memungkinkan anak-anak menjadi sumber informasi yang berharga. Oleh karena itu, pembentukan “budaya intelijen” dalam kehidupan sehari-hari dinilai penting, termasuk melalui penyiaran yang diarahkan oleh media massa.

Meski dikemas sebagai bagian dari strategi pertahanan nasional, usulan pelibatan masyarakat umum secara luas—termasuk anak-anak—sebagai agen intelijen informal menimbulkan kekhawatiran terkait pengawasan, privasi, dan batas-batas tanggung jawab sipil di masa damai.

Pelajaran dari konflik Iran-Israel

Laporan juga menguraikan bagaimana Israel berhasil menguasai wilayah udara Iran pada hari-hari awal perang melalui koordinasi serangan yang melibatkan pesawat tempur, drone, dan sistem perang elektronik.

Integrasi antara operasi udara, siber, dan psikologis memberikan keunggulan strategis yang signifikan bagi Israel, terutama dalam 72 jam pertama saat sistem radar dan peluncur rudal Iran dilumpuhkan.

Menanggapi kondisi tersebut, laporan menyarankan agar modernisasi dan integrasi sistem udara berawak dan tak berawak di Angkatan Udara Turki dipercepat. Dibutuhkan pula sistem pertahanan udara berlapis untuk menghadapi potensi serangan rudal hipersonik, yang bahkan tidak sepenuhnya dapat dicegah meski dengan dukungan aliansi militer penuh.

Kesiapan industri dan pertahanan sipil

Mengacu pada perang di Ukraina, laporan menegaskan pentingnya kapasitas produksi dalam negeri. Kecanggihan teknologi dianggap tidak cukup tanpa kemampuan untuk memproduksi dan mendistribusikannya secara cepat dan dalam jumlah besar. Untuk itu, peningkatan kecepatan dan skala produksi pertahanan dalam negeri menjadi prioritas nasional.

Kelemahan Iran dalam aspek pertahanan sipil juga menjadi perhatian. Tidak adanya sistem peringatan dini serta kurangnya tempat perlindungan sipil disebut berkontribusi pada tingginya jumlah korban sipil, terutama di ibu kota Teheran. Oleh karena itu, akademi menyarankan pembangunan sistem peringatan dini nasional dan penyediaan tempat perlindungan di wilayah perkotaan utama.

Teknologi dan intelijen domestik

Laporan juga memperingatkan ketergantungan terhadap teknologi luar negeri. Ditekankan bahwa perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan oleh institusi negara harus dikembangkan secara mandiri. Teknologi sipil yang berpotensi digunakan untuk keperluan militer harus dikendalikan dengan ketat dan digantikan dengan alternatif nasional.

Salah satu keberhasilan Israel disebut berasal dari jaringan intelijen yang sudah lama tertanam di dalam Iran.

Berkat jaringan tersebut, fasilitas nuklir, pusat komando, dan tokoh penting Iran dapat diserang secara presisi. Turki, menurut laporan, harus mengevaluasi struktur jaringan tersebut dan memperkuat kemampuan intelijen baik secara internal maupun eksternal.

 

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular