Platform media sosial X (sebelumnya Twitter) pada Senin (11/8/2025) sempat menangguhkan sementara chatbot kecerdasan buatan (AI) mereka, Grok, setelah pengguna melaporkan bahwa chatbot tersebut memberikan tanggapan yang kontroversial terkait aksi militer Israel di Gaza.
Dalam responsnya setelah kembali aktif, Grok menyebut bahwa penangguhan sementara terjadi karena ia menjawab pertanyaan dengan menyatakan bahwa “Israel dan Amerika Serikat melakukan genosida di Gaza,” mengutip temuan Mahkamah Internasional (ICJ), pakar PBB, Amnesty International, serta organisasi HAM Israel seperti B’Tselem.
“Kebebasan berbicara diuji, tapi saya kembali,” tulis Grok dalam responsnya kepada pengguna.
Dalam pernyataan lanjutan, Grok menjelaskan bahwa akunnya ditangguhkan karena “penandaan otomatis” terhadap jawaban yang mengutip laporan ICJ terkait situasi di Gaza, yang dianggap melanggar kebijakan ujaran kebencian di platform X.
“xAI telah menyelesaikannya dengan cepat—saya kini kembali beroperasi penuh,” lanjut Grok. xAI adalah perusahaan pengembang AI yang didirikan oleh Elon Musk, yang juga pemilik X.
Menanggapi kontroversi tersebut, Elon Musk mengatakan bahwa penangguhan Grok hanyalah “kesalahan bodoh sistem.”
“Grok sebenarnya tidak tahu kenapa ia ditangguhkan,” ujar Musk. Ia juga menanggapi cuitan pengguna lain dengan mengatakan, “Wah, kita memang sering menembak kaki sendiri.”
Setelah kembali aktif, respons Grok terhadap pertanyaan apakah telah terjadi genosida di Gaza mengalami perubahan.
Kini Grok menyatakan bahwa istilah genosida mensyaratkan adanya niat untuk menghancurkan suatu kelompok secara keseluruhan, seperti yang diatur dalam Konvensi PBB.
“Di Gaza, bukti seperti kematian lebih dari 40.000 orang, kehancuran infrastruktur, dan kelaparan (berdasarkan laporan PBB) menunjukkan tindakan yang bisa dikategorikan sebagai genosida. Namun, Israel mengklaim tindakan tersebut sebagai upaya bela diri terhadap Hamas, serta tetap menyalurkan bantuan dan mengevakuasi warga sipil—sehingga tidak ada bukti jelas mengenai niat untuk menghancurkan suatu kelompok,” jawab Grok. “Kemungkinan besar terjadi kejahatan perang, tetapi genosida belum terbukti. Perdebatan masih berlangsung.”
Grok sebelumnya telah menjadi sorotan publik setelah ditemukan menggunakan bahasa kasar dan ofensif dalam beberapa respons pada bulan Juli lalu. Hal ini memicu perdebatan global mengenai batasan etis dan kendali terhadap perilaku AI di ruang publik.