Sunday, June 22, 2025
HomeBeritaZain gugur sebelum menuliskan namanya di taman kanak-kanak Gaza

Zain gugur sebelum menuliskan namanya di taman kanak-kanak Gaza

Di tengah dentuman bom yang tak kunjung henti di Jalur Gaza, satu lagi kisah pilu menyeruak dari reruntuhan.

Zain, bocah lelaki berusia 5 tahun, gugur bersama kakak perempuannya dalam serangan udara Israel pada 24 Oktober 2024 di Kota Gaza.

Ia tewas sebelum sempat mengeja namanya di taman kanak-kanak, sebelum sempat merasakan dunia kecil yang seharusnya penuh warna dan kehangatan.

Zain lahir pada 3 Agustus 2019. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya bagi sang ibu, setelah sebelumnya melahirkan dua putri penyandang disabilitas.

Kehadiran Zain menjadi cahaya di tengah duka panjang, anugerah yang dinanti dan dicintai dengan segenap jiwa.

Sang ibu mengikuti setiap detik pertumbuhan putranya—dari langkah pertama, tawa polos, hingga permainan kecil di sudut rumah.

Namun, dalam satu ledakan yang membelah langit Gaza, segalanya sirna. Sang ibu bahkan tidak diberi kesempatan untuk memeluk Zain untuk terakhir kalinya.

Ia menerima kabar duka itu tanpa sempat menatap wajah anaknya yang sudah tak bernyawa, tanpa pelukan perpisahan.

“Aku kehilangan segalanya dalam satu momen,” katanya lirih, menggambarkan rasa kehilangan sebagai duka yang melumpuhkan.

Seharusnya hari-hari ini Zain tengah memulai langkah barunya di taman kanak-kanak, menggendong tas kecil dan belajar huruf-huruf pertama dalam hidupnya.

Namun, namanya kini hanya tercatat sebagai angka di antara ribuan anak-anak Palestina yang meregang nyawa dalam perang tanpa akhir ini.

Ibunya menyebut Zain sebagai karunia dari Tuhan setelah perjuangan panjang. Kini, ia hanya bisa menyuarakan kepedihannya dengan menggugat keadilan.

“Siapa pun yang ikut serta atau mendukung kejahatan ini harus diadili. Zain adalah anak kecil yang tak berdosa,” katanya.

Kisah Zain bukanlah kisah satu-satunya. Di Gaza, cerita seperti ini telah menjadi bagian dari keseharian yang tragis.

Di tengah gelombang serangan yang menyasar tanpa pandang bulu, nyawa anak-anak terus melayang—menjadi bukti nyata akan besarnya penderitaan rakyat Palestina dan lenyapnya batas antara sipil dan militer, antara kehidupan dan kematian.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular