PBB pada Kamis melaporkan bahwa lebih dari 100.000 siswa telah terdaftar di sekolah-sekolah di Gaza sejak tahun ajaran baru dimulai pada 23 Februari, menurut laporan Anadolu.
“Sejak kemarin, lebih dari 100.000 siswa telah terdaftar mengikuti tahun ajaran baru pada 23 Februari,” kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric, dalam konferensi pers.
Dujarric menyatakan bahwa hingga saat ini, 165 sekolah negeri telah dibuka kembali di Gaza. Bagi sebagian besar siswa, ini akan menjadi kali pertama mereka kembali belajar tatap muka setelah 16 bulan.
Angka yang dikeluarkan oleh Palestina menunjukkan bahwa 85% sekolah di Gaza telah rusak parah akibat pemboman Israel.
Kantor Media Gaza menyatakan bahwa setidaknya 12.800 siswa, 800 guru, dan staf administrasi tewas, serta 1.166 lembaga pendidikan hancur selama perang sejak Oktober 2023. Kerusakan sektor pendidikan diperkirakan mencapai lebih dari $2 miliar.
Dujarric juga menggambarkan situasi di Tepi Barat yang diduduki sebagai “sangat memprihatinkan.”
Ia menyebutkan bahwa operasi militer Israel terus berlanjut di Jenin, Tulkarm, dan Tubas, yang menyebabkan lebih banyak korban jiwa, pengungsian, serta menghambat akses terhadap layanan kesehatan, air, listrik, dan layanan penting lainnya.
Merujuk pada Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Dujarric menegaskan bahwa “hukum internasional harus dihormati dan warga sipil harus dilindungi.”
Perjanjian gencatan senjata di Gaza mulai berlaku pada 19 Januari, menghentikan serangan militer Israel yang telah menewaskan lebih dari 48.300 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, serta menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant pada November lalu atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi tuntutan genosida di Pengadilan Internasional (ICJ) terkait kampanye militernya.