Thursday, January 23, 2025
HomeBerita104 jurnalis tewas di 2024, separuhnya di Gaza

104 jurnalis tewas di 2024, separuhnya di Gaza

Tahun 2024 tercatat sebagai salah satu tahun paling mematikan bagi jurnalis di seluruh dunia, dengan 104 wartawan tewas akibat konflik dan kekerasan.

Dikutip dari Aljazeera, Federasi Internasional Jurnalis (IFJ) pada Selasa (10/12) menyatakan, lebih dari separuh jumlah korban berada di Gaza, yang terus dihantam perang dahsyat oleh Israel.

Menurut data IFJ, angka kematian ini meningkat tajam dibandingkan 2023, yang mencatat 129 jurnalis tewas.

Anthony Bellanger, Sekretaris Jenderal IFJ menyatakan, 2024 adalah salah satu tahun terburuk bagi jurnalis.

Sejak dimulainya perang pada 7 Oktober 2023, setidaknya 138 jurnalis Palestina telah tewas, termasuk 55 di antaranya sepanjang 2024.

Dengan jumlah korban ini, Palestina kini menjadi salah satu wilayah paling berbahaya dalam sejarah jurnalisme modern, menyusul Irak, Filipina, dan Meksiko.

Sengaja Menargetkan Jurnalis

Bellanger menekankan, sebagian besar jurnalis di Gaza tewas akibat serangan yang disengaja.

“Sebagian dari mereka menjadi target langsung, sementara lainnya menjadi korban konflik atau berada di tempat yang salah pada waktu yang salah,” ujarnya kepada AFP.

Selain Timur Tengah, kawasan Asia-Pasifik menjadi wilayah paling berbahaya kedua bagi jurnalis, dengan 20 korban jiwa sepanjang tahun. Di antara korban tersebut, 6 jurnalis tewas di Pakistan, 5 di Bangladesh, dan 3 di India.

Di Eropa, perang di Ukraina juga menyumbang korban jiwa di kalangan jurnalis, dengan 4 orang tewas pada 2024, menurun dibandingkan 13 korban pada 2022 dan 4 pada 2023.

Selain korban jiwa, IFJ melaporkan peningkatan tajam jumlah jurnalis yang dipenjara secara global. Pada 2024, sebanyak 520 jurnalis mendekam di balik jeruji, naik dari 427 pada 2023 dan 375 pada 2022. Cina, termasuk Hong Kong, masih menjadi “penjara terbesar bagi jurnalis,” dengan 135 wartawan dipenjara.

Serangan militer Israel sejak Oktober 2023 telah menyebabkan kerugian besar bagi jurnalis Palestina di Gaza dan Tepi Barat.

Menurut Serikat Jurnalis Palestina, 88 institusi media hancur, sementara puluhan jurnalis terluka, ditangkap, atau tewas. Beberapa dari mereka terbunuh bersama anggota keluarganya.

Jaringan Aljazeera juga menjadi salah satu yang paling terdampak, dengan kematian anggota keluarga kepala kantornya di Gaza, Wael Al-Dahdouh, serta fotografer Samer Abu Daqqa, reporter Ismail Al-Ghoul, dan kameramen Rami Al-Rifai.

Situasi semakin memburuk setelah Knesset Israel mengesahkan undang-undang untuk menutup kantor Al Jazeera di Ramallah, menyusul penutupan kantornya di Yerusalem dengan dalih ancaman terhadap “keamanan nasional.”

Baca juga: Militer Israel masuki wilayah Suriah hingga 25 kilometer

Baca juga: Oposisi tunjuk Mohammad Bashir sebagai perdana menteri baru Suriah

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular