Wednesday, July 9, 2025
HomeBerita50.000 ibu hamil dan menyusui di Gaza tak makan selama berhari-hari, anak-anak...

50.000 ibu hamil dan menyusui di Gaza tak makan selama berhari-hari, anak-anak terancam mati

Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza mencapai titik nadir baru. Kantor Dana Kependudukan PBB (UNFPA) melaporkan pada Selasa (8/7) bahwa sekitar 50 ribu perempuan hamil dan menyusui di wilayah tersebut tidak mengonsumsi makanan selama beberapa hari terakhir.

Kondisi ini menempatkan bayi-bayi mereka pada risiko tinggi: kelahiran prematur, kematian dini, dan gangguan kesehatan yang dapat berlangsung seumur hidup.

Situasi gawat ini juga disoroti Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Ia menegaskan bahwa kelangkaan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan di wilayah yang terblokade telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa, terutama di kalangan anak-anak.

Sementara itu, kritik tajam kembali dilontarkan Inggris terhadap mekanisme distribusi bantuan yang dikelola lembaga bernama Gaza Humanitarian Foundation (Yayasan Kemanusiaan Gaza).

Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy menyebut mekanisme tersebut benar-benar tidak dapat diterima.

“Orang-orang sekarat saat menunggu bantuan. Jika kita ingin menyelesaikan persoalan distribusi, maka lembaga-lembaga PBB dan agensinya harus terlibat secara langsung,” ujarnya dalam pernyataan resmi.

Di sisi lain, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) melaporkan adanya peningkatan tajam dalam insiden kekerasan di sekitar lokasi distribusi bantuan di Gaza.

Dalam pernyataannya, ICRC menyebut hal ini menyebabkan kolapsnya sistem kesehatan yang sudah sejak lama berada di ambang kehancuran.

Rumah sakit lapangan ICRC di Gaza bagian selatan mencatat 200 kematian sejak akhir Mei—periode yang bertepatan dengan dimulainya operasi distribusi oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza.

Selain itu, lebih dari 2.200 orang luka-luka telah dirawat, sebagian besar akibat tembakan dalam lebih dari 21 insiden kekerasan massal yang terpisah.

ICRC menekankan bahwa intensitas dan frekuensi insiden ini belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan melebihi jumlah korban luka dari seluruh insiden serupa selama satu tahun penuh sebelumnya.

Pelayanan medis terhenti

Di tengah kekacauan, Palang Merah Palestina mengumumkan penghentian layanan di salah satu klinik medis utamanya di Kota Gaza timur.

Klinik yang terletak di lingkungan Zeitoun itu terpaksa ditutup setelah beberapa peluru artileri Israel mendarat di sekitar lokasi, membahayakan nyawa tenaga medis dan pasien.

“Ribuan warga, termasuk para pengungsi dari Gaza timur yang sebelumnya diperintahkan mengungsi oleh pasukan pendudukan, kehilangan akses terhadap layanan medis dasar,” demikian pernyataan resmi lembaga tersebut.

Ribuan warga kini harus berjalan kaki dalam jarak yang jauh hanya untuk mendapatkan layanan kesehatan atau imunisasi bagi anak-anak.

Sejak 2 Maret lalu, Israel menutup secara ketat semua perlintasan ke Gaza, membuat ribuan truk bantuan kemanusiaan terjebak di perbatasan.

Dalam praktiknya, hanya beberapa puluh truk yang diizinkan masuk setiap hari, jauh dari kebutuhan minimum 500 truk per hari untuk mencukupi kebutuhan dasar penduduk Gaza.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel dengan dukungan Amerika Serikat (AS) melancarkan perang yang oleh banyak pengamat digolongkan sebagai genosida.

Perang ini mencakup pembunuhan massal, pemaksaan pengungsian, penghancuran infrastruktur sipil, serta blokade total atas kebutuhan pokok.

Hingga kini, lebih dari 194 ribu warga Palestina menjadi korban tewas atau luka, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.

Sebanyak 11.000 orang masih dinyatakan hilang, dan ratusan ribu lainnya terusir dari rumah mereka.

Kelaparan akut telah merenggut banyak nyawa—termasuk balita dan bayi yang bahkan belum sempat mengenal dunia.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular