Saturday, December 21, 2024
HomeHeadline99 relawan dokter AS di Gaza: tidak ada aktivitas militan di rumah...

99 relawan dokter AS di Gaza: tidak ada aktivitas militan di rumah sakit

"Gaza adalah pertama kalinya saya memegang otak bayi di tangan saya. Yang pertama dari banyak lainnya," ujar Dr. Mark Perlmutter,

Sebanyak 99 dokter dan tenaga medis asal Amerika Serikat yang menjadi relawan di Gaza menyatakan, mereka tidak menemukan aktivitas militan di rumah sakit di wilayah tersebut.

Anadolu melaporkan, para tenaga medis itu mendesak pemerintahan Biden untuk segera menghentikan dukungan militer, ekonomi, dan diplomatik terhadap Israel.

Dalam surat yang dikirim Kamis (3/10), kepada Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris, mereka mengatakan secara kolektif telah menghabiskan 254 minggu bekerja di fasilitas kesehatan Gaza.

Mereka berbagi pengalaman langsung tentang kondisi mengerikan akibat serangan Israel yang terus berlanjut. Mereka menyatakan telah “menyaksikan kejahatan di luar nalar.”

“Kami ingin menegaskan dengan sangat jelas: tidak satu pun dari kami pernah melihat aktivitas militan Palestina di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya di Gaza,” tulis mereka dalam surat yang dipublikasikan di situs “Gaza Healthcare Letters.”

Mereka menyatakan, Israel dengan sistematis dan sengaja menghancurkan seluruh sistem kesehatan di Gaza. Israel juga menarget para pekerja medis di Gaza.

“Disiksa, hilang secara paksa, dan dibunuh,” tambah mereka.

Surat itu merinci penderitaan yang dialami perempuan dan anak-anak di rumah sakit. Termasuk kekurangan gizi yang meluas dan kurangnya pasokan medis penting di Gaza.

Mereka juga mengutip studi yang diterbitkan di jurnal medis Lancet pada Juli, yang menyebutkan jumlah korban tewas di Gaza telah melampaui 118.000. Itu berarti lebih dari 5% dari populasi Gaza.

“Setiap hari saya melihat bayi meninggal. Mereka lahir dengan sehat. Ibu mereka sangat kekurangan gizi sehingga tidak bisa menyusui, dan kami kekurangan susu formula serta air bersih untuk memberi makan mereka, sehingga mereka kelaparan,” kata Asma Taha, seorang perawat pediatrik, sebagaimana dikutip dalam surat tersebut.

“Gaza adalah pertama kalinya saya memegang otak bayi di tangan saya. Yang pertama dari banyak lainnya,” ujar Dr. Mark Perlmutter, seorang ahli bedah ortopedi dan tangan, dalam surat itu.

Baca juga: Rumah sakit Gaza dahulukan wanita dan anak-anak akibat krisis pasokan medis

Para dokter menyatakan bahwa evakuasi terus-menerus terhadap populasi Gaza yang  separuh di antaranya adalah anak-anak, ke daerah-daerah tanpa air bersih atau bahkan toilet, adalah “sangat mengejutkan.”

Mereka menilai otoritas sipil dan militer Israel bertanggung jawab penuh terhadap serangan terhadap warga sipil, terutama anak-anak kecil di seluruh Gaza. Kata mereka, hal itu mustahil terjadi tanpa sepengetahuan para pejabat Israel.

Kelompok pekerja medis itu menuntut Biden mendukung embargo senjata internasional terhadap Israel dan kelompok-kelompok Palestina sampai gencatan senjata permanen tercapai, serta pembebasan semua sandera Israel dan Palestina.

Para penandatangan juga meminta pertemuan dengan Biden dan Harris untuk membahas apa yang mereka saksikan dan mengapa mereka merasa kebijakan Amerika di Timur Tengah “harus segera berubah.”

Mereka juga mengulangi seruan dalam surat mereka pada 25 Juli lalu, termasuk membuka kembali perbatasan Rafah untuk memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan, termasuk air dan pasokan medis, ke Gaza.

“Setiap hari kita terus memasok senjata dan amunisi ke Israel adalah hari lain ketika perempuan tercabik-cabik oleh bom kita dan anak-anak dibunuh dengan peluru kita,” tulis mereka.

Baca juga: PAL siapkan kapal rumah sakit untuk misi kemanusiaan global termasuk Gaza

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular