Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (8/7/2025) menyatakan keprihatinannya atas terus berlanjutnya gelombang pengungsian massal di Jalur Gaza. Sejak berakhirnya gencatan senjata pada Maret lalu, lebih dari 700.000 warga Palestina telah kehilangan tempat tinggal akibat operasi militer Israel yang terus berlangsung.
“Kemarin, otoritas Israel kembali mengeluarkan perintah evakuasi untuk wilayah Khan Younis—yang kedua kalinya dalam dua hari. Rekan-rekan kami memperkirakan lebih dari 50.000 orang berada di area yang diperintahkan untuk mengungsi,” kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric, dalam konferensi pers.
“Kami mengingatkan bahwa sejak gencatan senjata berakhir, lebih dari 700.000 orang telah terusir dari rumah mereka. Banyak yang sudah mengungsi lebih dari satu kali dan mereka tidak memiliki tempat aman untuk dituju,” lanjutnya.
Dujarric juga menyebutkan bahwa sejumlah warga Palestina dilaporkan tewas saat berusaha mendapatkan makanan pada akhir pekan lalu. Sementara itu, rumah sakit di Gaza disebut kewalahan menangani pasien yang terluka ketika mencoba mencari bantuan.
“Kami kembali dengan tegas mengutuk pembunuhan terhadap warga sipil dalam bentuk apapun,” ujarnya, seraya mengutip laporan terbaru dari Program Pangan Dunia (WFP) yang menyatakan bahwa satu dari tiga orang di Gaza tidak makan selama berhari-hari, membuat risiko kelaparan semakin tinggi.
Dujarric menyerukan kepada Israel untuk membuka semua perlintasan guna memperlancar distribusi bantuan kemanusiaan di wilayah tersebut. Ia juga menegaskan bahwa, untuk bulan keempat berturut-turut, otoritas Israel tidak mengizinkan bahan bakar masuk ke Gaza.
“Bahan bakar adalah nyawa di Gaza, dan otoritas Israel harus segera mengizinkan pasokan masuk tanpa penundaan lebih lanjut,” tegasnya. Ia memperingatkan bahwa wilayah Gaza dapat mengalami pemadaman total jaringan internet dalam waktu dekat akibat krisis bahan bakar.
Selain itu, Dujarric juga melaporkan bahwa dari delapan upaya koordinasi kemanusiaan yang dilakukan pada Minggu, tiga di antaranya ditolak oleh pihak Israel, sehingga menghambat operasi bantuan penting.