Negosiasi terbaru untuk mencapai gencatan senjata antara Israel dan Hamas masih berlangsung dan “butuh waktu”, demikian disampaikan tuan rumah Qatar pada Selasa (9/7/2025), meskipun Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan optimisme terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan.
Putaran baru pembicaraan tidak langsung antara kedua pihak dimulai pada Minggu (7/7/2025), menyusul perang yang telah berlangsung selama 21 bulan di Jalur Gaza. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al-Ansari, mengonfirmasi bahwa diskusi telah memasuki hari ketiga.
“Saya belum bisa memberikan tenggat waktu saat ini, tapi saya dapat katakan bahwa kita masih membutuhkan waktu,” ujar Al-Ansari kepada wartawan dalam konferensi pers rutin, saat ditanya apakah kesepakatan sudah dekat.
Qatar, bersama Amerika Serikat dan Mesir, telah menjadi mediator utama dalam berbagai putaran perundingan tidak langsung sejak awal konflik yang dimulai pada 7 Oktober 2023.
Kecuali selama masa gencatan senjata selama sepekan pada November 2023, dan penghentian sementara selama dua bulan yang dimulai Januari 2025, upaya perundingan yang digelar di Doha dan Kairo belum berhasil menghentikan permusuhan secara permanen.
Presiden Trump, dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Washington, menyatakan bahwa pembicaraan di Doha berjalan “sangat baik” dan bahwa Hamas “ingin mencapai gencatan senjata.”
Namun, Al-Ansari menegaskan bahwa saat ini para mediator masih dalam tahap pembentukan kerangka perundingan. “Yang terjadi saat ini adalah kedua delegasi berada di Doha. Kami berbicara dengan mereka secara terpisah untuk menyusun kerangka pembicaraan,” katanya.
“Jadi, perundingan formal belum dimulai, tetapi kami sedang menjajaki kerangka kesepakatan dengan kedua pihak,” tambahnya.
Al-Ansari menyatakan terdapat “keterlibatan positif,” dan menyebut bahwa kehadiran kedua tim negosiasi yang belum meninggalkan Doha merupakan “tanda baik.”
Dua sumber Palestina yang dekat dengan proses perundingan sebelumnya mengatakan kepada AFP bahwa rancangan kesepakatan mencakup gencatan senjata selama 60 hari. Dalam periode tersebut, Hamas akan membebaskan 10 sandera yang masih hidup serta menyerahkan sejumlah jenazah sebagai imbal balik atas pembebasan tahanan Palestina oleh Israel.
Namun, menurut sumber tersebut, Hamas juga mengajukan sejumlah syarat, termasuk penarikan pasukan Israel, jaminan tidak dilanjutkannya pertempuran selama negosiasi berlangsung, serta pengembalian sistem distribusi bantuan kemanusiaan yang dipimpin oleh PBB.
Di awal perundingan, Netanyahu menyebut bahwa tanggapan Hamas terhadap proposal gencatan senjata yang didukung AS mengandung tuntutan-tuntutan yang ia anggap “tidak dapat diterima.”