Sejumlah media internasional menyoroti makin menurunnya kemampuan Israel dalam mengendalikan narasi media global, seiring meningkatnya kritik dunia atas kebijakan militernya di Gaza dan Tepi Barat.
Sorotan ini mencerminkan pergeseran opini publik internasional yang semakin kritis terhadap tindakan Israel dalam konflik berkepanjangan tersebut.
Surat kabar The Jerusalem Post mencatat bahwa Israel kini mengalami kesulitan mempertahankan narasinya terkait peristiwa yang terjadi di lapangan.
Berita utama dari berbagai media terkemuka dunia semakin banyak yang menyalahkan Israel, menjadikannya sorotan utama dalam krisis kemanusiaan yang berlangsung.
Media itu juga menyoroti betapa sulitnya melakukan verifikasi fakta di medan konflik sebagai salah satu faktor hilangnya kendali atas narasi, serta menyerukan perlunya “perang media besar-besaran” untuk melawan arus kritik global.
Krisis ini juga diperparah oleh perdebatan internal di Israel. Surat kabar Yedioth Ahronoth menyoroti salah satu proyek kontroversial pemerintah.
Yakni ide pembangunan “kota kemanusiaan” di Gaza, yang dinilai kontraproduktif dan berpotensi mencelakakan posisi Israel di mata dunia.
Penulis kolom di surat kabar tersebut mengkritik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang saat ini menjadi buronan Mahkamah Pidana Internasional, karena memberi mandat kepada militer untuk melaksanakan proyek tanpa perhitungan matang atas dampaknya.
Peringatan itu muncul seiring dengan laporan-laporan yang menuduh Israel tengah membangun kamp penahanan di Gaza utara.
Tuduhan yang kian memperparah krisis kepercayaan dan memperdalam kerugian reputasi Israel secara internasional.
Serangan di titik distribusi bantuan
Di tengah situasi ini, media AS Politico menyoroti insiden mematikan yang terjadi di Gaza, di mana puluhan warga Palestina dilaporkan tewas akibat serangan udara Israel saat mengantre air di salah satu titik distribusi.
Kejadian tersebut terjadi saat sejumlah pejabat tinggi Uni Eropa tengah mempertimbangkan langkah untuk menurunkan level hubungan dengan Israel.
Termasuk opsi pemberian sanksi, sebagaimana disampaikan oleh kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa.
Sementara itu, The Guardian menggambarkan kondisi kemanusiaan di Gaza sebagai krisis yang memaksa warga untuk memilih antara 2 kematian.
Yaitu, mati kelaparan atau menghadapi bahaya di jalan saat berusaha mendapatkan bantuan.
Akses menuju titik distribusi makanan dan air kerap dibayangi penembakan atau kekerasan, membuat pilihan hidup sehari-hari di Gaza menjadi dilema yang mengerikan.
Dalam konteks kawasan, The Washington Post melaporkan bahwa fraksi politik di Iran yang mendukung pendekatan diplomatik terhadap Barat kini mulai menguat.
Analisis tersebut menunjukkan adanya pergeseran dalam dinamika elite politik Iran pascaperang.
Negosiasi dinilai sebagai opsi realistis meski tetap dibayang-bayangi skeptisisme atas kemungkinan serangan Israel yang baru.
Gambaran keseluruhan dari berbagai media internasional ini menandai momen penting dalam isolasi politik dan moral yang tengah dihadapi Israel.
Ketika kecaman global menguat dan narasi resmi tak lagi dipercaya, tekanan terhadap Tel Aviv pun datang dari berbagai arah.
Mulai dari diplomasi, opini publik, hingga sorotan tajam terhadap dimensi kemanusiaan yang selama ini diabaikan.