Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi Eyal Zamir, pada Rabu (16/7/2025), menegaskan bahwa negaranya berkomitmen terhadap keamanan komunitas Druze di Suriah.
Ia menyatakan bahwa militer Israel akan terus melakukan segala hal yang diperlukan untuk membantu mereka, termasuk melalui peningkatan serangan udara di wilayah selatan Suriah.
Dalam kunjungan peninjauan situasi ke perbatasan Israel–Suriah bersama sejumlah pejabat tinggi militer, Zamir mengatakan bahwa ia telah memerintahkan militer untuk meningkatkan intensitas serangan dan memperkuat sistem pemantauan.
Ia menambahkan bahwa langkah itu diambil untuk menghentikan apa yang disebutnya sebagai “serangan terhadap Druze” di wilayah Suriah.
“IDF bertindak dengan tegas untuk mencegah kehadiran unsur-unsur musuh di perbatasan, melindungi warga Israel, dan memastikan bahwa komunitas Druze tidak menjadi sasaran kekerasan,” ujar Zamir dalam pernyataan resmi yang dirilis Rabu malam.
Pernyataan Zamir muncul di tengah gelombang serangan udara besar-besaran yang dilakukan Israel di wilayah Suriah.
Pada hari yang sama, Angkatan Udara Israel menggempur lebih dari 160 sasaran di dua provinsi selatan—Suweida dan Daraa—serta melancarkan serangan ke ibu kota Damaskus.
Di Damaskus, rudal Israel menghantam kantor Kementerian Pertahanan, Markas Besar Angkatan Bersenjata, dan daerah di sekitar Istana Presiden, menewaskan tiga orang dan melukai setidaknya 34 lainnya.
Israel mengklaim bahwa serangan tersebut bertujuan untuk melindungi komunitas Druze dari kemungkinan serangan balasan oleh pasukan pemerintah Suriah dan kelompok-kelompok lain yang terlibat dalam konflik di wilayah selatan.
Namun, langkah militer ini menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk pemerintah Suriah yang menuding Israel melakukan pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan nasional.
Damaskus mengajukan protes resmi ke Dewan Keamanan PBB dan menyatakan bahwa alasan “perlindungan Druze” hanya digunakan sebagai dalih untuk melakukan agresi terbuka.
Konflik di Suweida—wilayah mayoritas Druze di Suriah selatan—kian memburuk sejak pertengahan Juli, menyusul pecahnya pertempuran antara kelompok bersenjata Druze yang loyal kepada tokoh kontroversial Hikmat al-Hijri dan kelompok suku Badui lokal. Puluhan orang dilaporkan tewas dalam bentrokan tersebut.
Pemerintah Suriah pada Selasa lalu mengirim pasukan ke Suweida untuk mengawasi pelaksanaan gencatan senjata yang telah disepakati bersama para tokoh masyarakat setempat. Namun, situasi keamanan tetap rapuh.
Menurut laporan Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SNHR), sedikitnya 169 warga sipil telah tewas dalam kekerasan di Suweida sejak 13 Juli, termasuk 5 anak-anak dan 6 perempuan. Lebih dari 200 orang lainnya mengalami luka-luka, banyak di antaranya dalam kondisi kritis.