Seorang bayi Palestina berusia 35 hari meninggal dunia akibat kelaparan di Rumah Sakit Al-Shifa, Kota Gaza, pada Sabtu (19/7/2025). Direktur rumah sakit, Dr. Muhammad Abu Salmiya, mengonfirmasi bahwa bayi tersebut adalah satu dari dua pasien yang meninggal karena malnutrisi pada hari yang sama.
Kementerian Kesehatan Gaza memperingatkan bahwa ruang-ruang gawat darurat di berbagai rumah sakit kini kewalahan menangani jumlah pasien yang terus bertambah. Lebih dari 17.000 anak-anak di wilayah tersebut dilaporkan mengalami malnutrisi akut.
Di tengah kelangkaan bahan makanan, pasokan bantuan kemanusiaan juga masih terhambat. Sementara itu, militer Israel dilaporkan terus menggempur wilayah Gaza, termasuk menembaki warga yang tengah mencari bantuan makanan di lokasi distribusi yang dikelola Lembaga Kemanusiaan Gaza (Gaza Humanitarian Foundation/GHF), yang didukung oleh Amerika Serikat.
Menurut sumber medis, sedikitnya 116 warga Palestina tewas di seluruh Jalur Gaza sejak Sabtu dini hari, termasuk 38 orang yang meninggal saat mengantre bantuan di dua lokasi berbeda di wilayah selatan Gaza. Juru bicara badan pertahanan sipil, Mahmud Bassal, menyatakan bahwa korban-korban tersebut tewas akibat tembakan dari pasukan Israel di dekat Khan Yunis dan Rafah.
Sejak GHF mulai menyalurkan bantuan pada akhir Mei, hampir 900 warga Palestina dilaporkan tewas di sekitar lokasi distribusi bantuan, yang disebut-sebut menggantikan lebih dari 400 titik distribusi yang sebelumnya dioperasikan oleh badan-badan PBB dan lembaga kemanusiaan lainnya.
Saksi mata menyebut bahwa penembakan terhadap warga sipil terjadi secara tiba-tiba. “Tiba-tiba saja, jip datang dari satu arah dan tank dari arah lain. Mereka langsung menembaki kami,” ujar Mohammad al-Khalidi kepada Al Jazeera. Saksi lain, Mohammad al-Barbary, menyebut lokasi distribusi bantuan sebagai “jebakan maut.”
GHF membantah bahwa penembakan terjadi di lokasi mereka, dan menyatakan bahwa insiden tersebut berlangsung beberapa kilometer dari lokasi distribusi dan sebelum titik bantuan dibuka.
Militer Israel menyatakan sedang menyelidiki insiden tersebut.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, Jagan Chapagain, memperingatkan bahwa warga Gaza kini menghadapi risiko kelaparan akut. “Tak seorang pun seharusnya mempertaruhkan nyawa untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan dasar,” ujarnya.
Ketua Dewan Pengungsi Norwegia (NRC), Jan Egeland, menyatakan bahwa tidak ada bantuan yang masuk ke Gaza selama 142 hari terakhir. “Tidak satu pun truk. Tidak satu pun pengiriman,” tulisnya di media sosial X. Ia menambahkan bahwa 85 persen truk bantuan tidak mencapai tujuan karena penjarahan atau hambatan lain yang terkait krisis kelaparan.
UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina yang dilarang beroperasi di wilayah pendudukan oleh Israel, menyatakan memiliki cukup makanan untuk seluruh penduduk Gaza yang saat ini menunggu di perbatasan Mesir. “Buka perbatasan, angkat blokade, dan izinkan UNRWA bekerja,” kata UNRWA melalui akun resminya.