Tuesday, August 26, 2025
HomeBeritaPerlawanan di Khan Younis: Serangan mortir dan kegagalan strategi Israel

Perlawanan di Khan Younis: Serangan mortir dan kegagalan strategi Israel

Sayap militer Lajnah Perlawanan Populer, Alwiyat An-Nashir Shalahuddin, menyiarkan rekaman serangan mortir yang mereka lakukan bersama Brigade Syuhada Al-Aqsa–Laskar Al-Amudi.

Serangan tersebut terhadap pasukan dan kendaraan militer Israel di kawasan utara Khan Younis, Jalur Gaza, pada 22 Agustus lalu.

Dalam tayangan tersebut, tampak para pejuang tengah menyiapkan dan menembakkan mortir berkaliber 60 milimeter ke arah posisi militer Israel.

Seorang pejuang menyebut serangan itu sebagai bentuk balasan atas “pembantaian yang dilakukan tentara pendudukan terhadap rakyat Palestina yang sabar dan berjuang”.

“Ini adalah jihad, kemenangan atau syahid,” tegasnya.

Sementara itu, media Israel pada Sabtu (24/8/2025) melaporkan tewasnya seorang serdadu dalam apa yang mereka sebut sebagai “insiden keamanan berat” di Khan Younis.

Sumber-sumber Israel mengaitkan kematian tersebut dengan ledakan sebuah alat peledak rakitan di lokasi yang sama.

Kematian terbaru di tubuh militer Israel kembali menyoroti kegagalan strategi perang yang dijalankan Pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Kendati telah melakukan penetrasi besar-besaran di wilayah Gaza, militer Israel tak mampu menghentikan operasi kelompok perlawanan yang terus menargetkan pos-pos dan kendaraan tempur mereka.

Serangan roket dari Gaza ke sejumlah kota dan permukiman Israel pun masih terjadi dari waktu ke waktu, menunjukkan bahwa mesin perang Israel tidak berhasil mematahkan perlawanan.

Kerugian yang ditimbulkan oleh pendudukan lebih tinggi

Menurut data resmi yang dipublikasikan militer Israel, sejak dimulainya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023, sebanyak 898 tentara mereka tewas dan 6.196 lainnya luka-luka.

Namun, kelompok perlawanan Palestina menegaskan bahwa angka korban jauh lebih tinggi dari klaim resmi tersebut.

Bahkan, sejumlah kalangan di Israel sendiri menuding pemerintah dan militer sengaja menyembunyikan angka kerugian sebenarnya.

Alasannya, untuk menjaga moral prajurit dan masyarakat, pemerintah menerapkan sensor militer ketat terhadap pemberitaan terkait jumlah korban.

Di sisi lain, Israel dengan dukungan penuh Amerika Serikat (AS) tetap melanjutkan operasi militer yang digambarkan berbagai pihak sebagai genosida terhadap warga Gaza.

Serangan itu bukan hanya berupa pembunuhan massal, tetapi juga pengeboman, penghancuran infrastruktur sipil, kelaparan yang disengaja, dan pengusiran paksa.

Meski Mahkamah Internasional (ICJ) telah mengeluarkan perintah penghentian, Israel tetap mengabaikannya.

Hingga kini, menurut otoritas kesehatan Palestina, serangan Israel menyebabkan 62.622 orang meninggal dunia dan 157.673 lainnya luka-luka, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Lebih dari 10.000 orang masih hilang, sementara ratusan ribu lainnya terusir dari rumah mereka.

Strategi kelaparan yang diterapkan Israel pun telah menewaskan 263 warga Palestina, termasuk 112 anak-anak, sehingga menambah deretan potret kelam bencana kemanusiaan terbesar yang tengah berlangsung di Gaza.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular