Saturday, September 6, 2025
HomeBeritaGideon Levy: Topeng hitam tak mampu menutupi jejak kejahatan Israel di Gaza

Gideon Levy: Topeng hitam tak mampu menutupi jejak kejahatan Israel di Gaza

Dalam sebuah artikel bernada kritik tajam sekaligus sindiran pedas yang dimuat di Haaretz, jurnalis senior Israel, Gideon Levy, menyoroti fenomena baru di tubuh militer Israel.

Yaitu, perwira yang tampil di layar televisi kini mengenakan topeng hitam.

Menurut Levy, Israel seolah menutup wajahnya “karena malu, rasa bersalah, ketakutan—atau mungkin ketiganya sekaligus”.

Ia menyebut tren ini telah mengubah apa yang selama ini digembar-gemborkan sebagai “tentara rakyat” menjadi “tentara bertopeng”.

Levy menggambarkan dua perwira senior yang diwawancarai stasiun televisi lokal, tampil dengan wajah tertutup rapat, tak ubahnya 2 perampok bank yang hanya memperlihatkan mata.

Fenomena ini, lanjutnya, sebenarnya sudah lebih dulu dimulai oleh kalangan pilot. Setiap kali tampil di media, mereka selalu bersembunyi di balik helm besar dan kacamata hitam gelap, agar tak mudah dikenali.

Alasan awalnya sederhana: jika suatu hari seorang pilot jatuh sebagai tawanan, ia masih bisa menyangkal identitasnya.

Helm dan kacamata memberi celah untuk berkilah bahwa dirinya sekadar staf administratif, bukan pengebom.

Namun Levy menilai, penggunaan topeng hitam ini jauh lebih dalam maknanya. Bukan sekadar strategi komunikasi atau pengamanan personal, melainkan cermin dari ketakutan nyata akan jeratan hukum internasional.

Tuduhan kejahatan perang yang kian gencar diarahkan kepada tentara Israel, terutama akibat serangan brutal di Gaza, diyakini menghantui para perwira hingga ke layar kaca.

Fenomena serupa juga tampak pada lingkaran pengamanan politik. Levy mencatat, para pengawal pribadi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu—yang kini menjadi buronan hukum internasional atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan—ikut mengenakan masker hitam.

Pemandangan puluhan pengawal dengan wajah tertutup rapat, mengelilingi satu orang, menurutnya menghadirkan kesan “tragikomedi yang menjijikkan”.

Lebih jauh, Levy menyinggung para perwira cadangan yang kini dikerahkan ke Gaza. Mereka sadar bahwa perintah yang dijalankan berpotensi tergolong kejahatan perang.

“Topeng mungkin memudahkan mereka melaksanakan misi, tetapi sekaligus menjadi pengakuan diam-diam bahwa ada sesuatu yang hendak mereka sembunyikan,” tulisnya.

Ia membandingkannya dengan perampok bersenjata yang menutupi wajah sebelum melakukan aksi, karena tahu perbuatannya melawan hukum, tak bermoral, dan berbahaya.

Begitu pula dengan tentara Israel, yang mungkin sebagian merasa malu, meski Levy meragukannya.

“Para perampok umumnya tak kenal malu. Mereka hanya takut tertangkap,” ujarnya.

Bagi Levy, pemandangan tentara Israel dengan topeng hitam merupakan cermin kegelisahan kolektif.

“Tentara yang memaksa perwiranya menutup wajah, sesungguhnya tahu di lubuk hati bahwa ia sedang melakukan kejahatan—meski enggan mengakuinya,” imbuhnya.

Gambaran kontras ini, tambahnya, bisa jadi kelak membuka mata masyarakat Israel sendiri terhadap kenyataan pahit yang selama ini mereka abaikan.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular