Analis militer dan strategis, Mayor Jenderal Purnawirawan Fayeq al-Duwairi, menilai operasi militer Israel di Kota Gaza diarahkan pada tujuan utama.
Yaitu, menyingkirkan penduduk, apa pun kondisinya. Menurutnya, strategi terbaru yang dinamai Arabat Gedion 2 berbeda dari operasi sebelumnya, Arabat Gedion 1.
Pernyataan ini muncul setelah saluran televisi Israel, Channel 14, memberitakan bahwa militer Israel dalam waktu dekat akan mengumumkan perintah evakuasi bagi warga Kota Gaza menuju selatan.
Tentara Israel mengklaim telah menguasai 40 persen wilayah kota tersebut, sembari berjanji akan terus meningkatkan tekanan militer dalam beberapa hari ke depan.
Al-Duwairi mengungkapkan, Israel menyebut rencana pembangunan 100.000 tenda di selatan jalur Morag, tepatnya di kawasan al-Mawasi di barat daya Gaza, sebagai tempat relokasi warga yang terusir. Namun, ia menilai semua itu sekadar propaganda.
“Alternatif itu sesungguhnya tidak ada. Tujuan Israel hanyalah memaksa warga Gaza meninggalkan kota mereka,” ujarnya.
Menurut al-Duwairi, perbedaan paling mencolok antara Arabat Gedion 2 dan operasi sebelumnya adalah intensitas penghancuran.
Militer Israel kini gencar menggempur kawasan padat, menghancurkan blok-blok perumahan, serta menggunakan kendaraan tua sarat bahan peledak—bahkan hingga tujuh ton—untuk diledakkan di lingkungan sipil.
Kehancuran dan pemindahan
Di tengah kehancuran di kawasan Zeitoun, Tuffah, Shuja’iyya, dan Jabaliya, warga Gaza berusaha menghindari eksodus ke selatan.
Banyak yang memilih bertahan di lingkungan Rimal, Sheikh Radwan, atau sepanjang Jalan al-Rashid di Gaza utara.
Namun, menurut al-Duwairi, bila Israel melakukan manuver dari utara, warga tak punya pilihan selain melewati poros Netzarim menuju selatan.
Ia membandingkan perlakuan Israel terhadap warga Gaza dengan praktik “ghetto Nazi” yang ironisnya masih kerap dijadikan bahan ratapan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu—yang kini berstatus buronan Mahkamah Pidana Internasional—beserta para menterinya yang berhaluan ekstrem kanan.
Terkait klaim Israel telah menguasai 40 persen Kota Gaza, al-Duwairi menjelaskan bahwa wilayah-wilayah tersebut sebenarnya sudah berkali-kali dimasuki pasukan Israel.
“Zeitoun sudah tujuh kali, Shuja’iyya dan Jabaliya juga berulang kali. Wilayah yang tersisa sejatinya belum benar-benar dimasuki,” katanya.
Menurut perhitungan militer Israel sendiri, mereka baru menguasai sekitar 70 persen dari Zeitoun, Shuja’iyya, Tuffah, dan Jabaliya—yakni bagian timur dan tenggara Kota Gaza.
Sementara itu, kawasan lain seperti Gaza City bagian tengah (Gaza al-Balad), Sheikh Radwan, dan Rimal masih belum tersentuh pertempuran besar.
Di wilayah-wilayah itu, jaringan terowongan diyakini masih utuh dan kelompok perlawanan Palestina tetap memiliki kemampuan bertahan.
Israel juga mengumumkan rencana operasi darat yang lebih luas untuk menguasai seluruh Kota Gaza. Rencana itu mencakup pengerahan 60.000 serdadu cadangan.
Namun, di tengah rencana ofensif ini, kekhawatiran dunia internasional semakin besar terhadap krisis kemanusiaan yang melanda lebih dari dua juta warga Gaza yang terjebak dalam blokade.