Kehidupan di ibu kota Qatar, Doha, kembali berjalan normal setelah serangan udara Israel yang menyasar sejumlah anggota biro politik Hamas, Selasa (10/9).
Serangan tersebut sempat memicu kepanikan dan pengamanan ketat di sekitar lokasi.
Target utama serangan itu adalah Dr Khalil al-Hayya, kepala delegasi perundingan sekaligus salah satu pemimpin senior Hamas, beserta sejumlah rekannya.
Namun, seorang sumber dalam Hamas menegaskan bahwa semua tokoh yang menjadi sasaran selamat dari upaya pembunuhan itu.
Menurut laporan koresponden Al Jazeera di Doha, Farah al-Zaman Shauqi, sesaat setelah serangan, otoritas keamanan Qatar memperketat penjagaan di lokasi, menutup jalan di sekitarnya, dan mengerahkan helikopter untuk berpatroli di langit ibu kota.
Gedung yang disasar diketahui berada di kawasan pemukiman di timur Doha, yang juga menampung sejumlah kedutaan serta rumah keluarga ekspatriat.
Koresponden itu menambahkan, dirinya tidak bisa mendekati lokasi karena adanya pengamanan ketat.
Namun, ia memastikan bahwa setelah beberapa jam, aktivitas di seluruh Doha kembali seperti biasa.
Kemacetan lalu lintas yang sempat parah akibat serangan terjadi tepat pada jam sibuk, saat pegawai pulang kerja dan sekolah selesai.
Reaksi Qatar
Kementerian Dalam Negeri Qatar segera mengeluarkan imbauan agar warga dan penduduk tetap tenang serta hanya mengikuti informasi resmi dari pemerintah.
Meski situasi pulih, serangan itu menimbulkan kecemasan karena terjadi beberapa bulan setelah serangan rudal Iran terhadap Pangkalan Udara Al-Udeid, yang juga berada di Qatar.
Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Qatar mengecam keras serangan tersebut.
Juru bicara Kemlu, Majed al-Ansari, menegaskan bahwa Qatar tidak akan menoleransi tindakan sembrono Israel.
Pemerintah Qatar menyebut serangan itu sebagai “tindakan kriminal, pelanggaran nyata terhadap hukum internasional, serta ancaman serius bagi keamanan dan keselamatan warga Qatar maupun para pendatang.”