Serangan Israel ke Qatar menimbulkan keresahan mendalam di kalangan keluarga sandera Israel yang masih ditahan di Jalur Gaza.
Mereka menuding Perdana Menteri Benjamin Netanyahu—yang kini menjadi buronan Mahkamah Pidana Internasional—telah merusak proses perundingan dan tidak sungguh-sungguh berupaya membebaskan para tawanan.
Rooby Heen, ayah salah seorang sandera yang tewas di Gaza, mempertanyakan alasan dan waktu pelaksanaan serangan terhadap markas tim negosiator Hamas di Doha.
Ia menduga pemerintah Israel tidak memiliki prioritas jelas dalam menyelamatkan warganya.
“Seharusnya kesempatan diberikan agar negosiasi gencatan senjata dan pertukaran tahanan bisa maju. Namun, setiap kali ada perkembangan satu langkah, pemerintah Netanyahu justru mundur tiga langkah,” ujarnya dengan nada getir.
Kekhawatiran keluarga sandera semakin besar. Anak-anak mereka telah berada di Gaza lebih dari 700 hari.
Mereka kini ragu apakah Qatar akan tetap melanjutkan perannya sebagai mediator, sekaligus menunggu kejelasan nasib proposal pertukaran tahanan yang tengah dibahas.
Nada serupa disampaikan Einav Zangauker, ibu dari salah seorang sandera. Ia melancarkan kritik tajam terhadap Netanyahu.
“Siapa pun yang benar-benar ingin menyelamatkan para sandera tidak akan meledakkan perundingan yang sedang berlangsung, apalagi sibuk merencanakan pendudukan Gaza,” katanya.
Dampak serangan ini juga menjadi sorotan analis politik di Israel. Gil Tamari, pengamat politik kanal televisi Channel 13, menyebutkan bahwa langkah Netanyahu “telah menghapus sisa-sisa reputasi Israel di mata dunia.”
Ia menambahkan, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump pun tampak enggan ikut campur.
“Dalam pertemuan terakhir dengan Netanyahu terkait Iran, Trump berkata: ‘Kalau kau gagal, jangan harap aku turun tangan’,” ungkap Tamari.
Serangan yang terjadi Selasa sore itu menyasar sejumlah petinggi Hamas yang sedang membahas usulan AS untuk mengakhiri perang Israel-Gaza yang telah berlangsung hampir dua tahun.
Serangan tersebut menewaskan lima warga Palestina serta seorang anggota keamanan dalam negeri Qatar.
Doha sejak lama menegaskan bahwa keberadaan pimpinan politik Hamas di wilayahnya berlangsung dengan persetujuan dan koordinasi langsung bersama AS.
Qatar bersama Mesir juga berperan sebagai mediator utama dalam perundingan Gaza, yang sebelumnya berhasil memulangkan puluhan sandera Israel—sebuah capaian yang tidak pernah berhasil diwujudkan oleh operasi militer Israel.