Monday, September 15, 2025
HomeBeritaDari Sisilia ke Gaza, Global Flotilla Italia berlayar membawa harapan

Dari Sisilia ke Gaza, Global Flotilla Italia berlayar membawa harapan

“Secara resmi kami berangkat dari Pulau Sisilia. Kini, di bawah gelap malam, di tengah gelombang laut, kami menatap bintang dan bersama mereka melihat secercah harapan menuju Gaza. Hari ini penuh kerja di kapal, saya belajar mengikat layar dan mengemudikan perahu,” tutur Abdulrahman Amajoo, salah satu peserta Global Freedom Flotilla atau Armada Keteguhan Dunia yang sedang berlayar menuju Gaza.

Suaranya terdengar penuh semangat, bahagia sekaligus menantang.

Sabtu sore waktu setempat, dari Pelabuhan Augusta di pesisir timur Sisilia, Italia, rombongan kapal layar Italia yang tergabung dalam Armada Keteguhan memulai pelayaran mereka.

Tujuannya jelas: menembus blokade Israel atas Jalur Gaza. Sebelumnya, kapal-kapal itu telah berangkat dari Barcelona, Spanyol, awal September lalu.

Kebanyakan kapal dalam armada ini adalah kapal layar. Setelah menjalani latihan akhir pada pagi hari di Augusta—sebuah kota pelabuhan kecil di Provinsi Sirakusa, Sisilia—kapal-kapal tersebut resmi mengangkat sauh.

Sehari sebelumnya, Jumat malam, mereka melakukan “berhenti teknis” untuk mematangkan persiapan dengan latihan intensif sejak pukul 19.00 hingga 21.00.

Keputusan akhir

Keputusan berlayar diambil Kamis malam lalu, setelah semua peserta berkumpul di Sirakusa dan menyepakati rute tanpa singgah di Tunisia.

Armada akan langsung menuju titik temu di tengah laut sebelum melanjutkan pelayaran bersama menuju Gaza.

Sebelum keberangkatan, Kamis pagi diadakan konferensi pers di pelabuhan Sirakusa.

Sejumlah tokoh politik Italia hadir, antara lain anggota parlemen Arturo Scotto, anggota Parlemen Eropa Annalisa Corrado dari Partai Demokrat, anggota Parlemen Eropa Benedetta Scuderi dari koalisi Hijau-Kiri, serta senator Marco Croati dari Gerakan Lima Bintang.

Hadir pula para aktivis dan perwakilan masyarakat sipil yang menyatakan dukungan terhadap inisiatif ini.

Perjalanan armada ini sesungguhnya sempat beberapa kali tertunda. Semula dijadwalkan berangkat 4 September, lalu diundur ke 7 September, dan kemudian 11 September.

Penundaan pertama dan kedua berkaitan dengan urusan teknis dan organisasi, sementara penundaan terakhir disebabkan cuaca buruk.

Dari pihak Italia, Armada Keteguhan terdiri atas sekitar 50 kapal layar dengan total hampir 600 orang di dalamnya.

Mereka mencakup awak teknis, panitia penyelenggara, para aktivis, hingga sejumlah jurnalis yang ikut mendokumentasikan perjalanan berisiko ini.

Kehadiran yang menonjol

Menjelang keberangkatan armada layar Italia menuju Gaza, di pesisir Sisilia mulai tampak geliat lain dari sebuah proyek internasional yang lebih besar: Global Freedom Flotilla atau Armada Keteguhan Dunia.

Titik temu seluruh peserta ditetapkan di tengah Laut Tengah, di mana rombongan dari Spanyol dan Tunisia akan bergabung lebih dahulu, kemudian disusul rombongan dari Yunani.

Aktivis Italia keturunan Maroko, Abdulrahman Amajoo, menjelaskan bahwa armada ini terdiri dari kapal dan perahu yang membawa perempuan dan laki-laki dari berbagai negara.

Mereka disatukan oleh tekad yang sama: berlayar secara sukarela demi mengirimkan bantuan bagi warga sipil Palestina.

Amajoo bukan wajah sembarangan. Ia hadir mewakili masyarakat sipil Italia sebagai Ketua Action Aid Italia sekaligus pendiri jejaring organisasi masyarakat sipil di Italia Utara.

“Kehadiran saya di sini bukan sekadar simbolis. Ini adalah tindakan keadilan dan kewajiban moral yang tidak bisa lagi kita tunda,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menegaskan, “Sudah lebih dari 700 hari Gaza hidup di bawah salah satu bentuk pengepungan paling kejam dalam sejarah modern.

Rumah sakit hancur, sekolah dibom, keluarga dibinasakan. Armada ini ingin menjadi tanda nyata tentang kedekatan dan perlawanan.”

Armada Keteguhan Dunia diikuti peserta dari lebih dari 44 negara. Dari pihak Italia, kapal-kapal yang ikut serta akan membawa sekitar 300 ton bantuan pangan dan obat-obatan untuk warga Gaza.

Ketua Persatuan Komunitas Islam Italia (UCOII), Yassine Lafram, menilai keikutsertaan Italia dalam armada ini adalah bentuk nyata solidaritas terhadap rakyat Palestina.

“Ini pesan harapan yang ingin kami kirimkan kepada mereka yang terkurung di Gaza: kalian tidak sendiri,” ujarnya.

Lafram, juga keturunan Maroko, menambahkan bahwa mereka percaya sudah saatnya bertindak nyata.

“Ini adalah tindakan kemanusiaan dan moral sebelum menjadi sikap politik. Diam tidak lagi bisa diterima di hadapan kejahatan yang menimpa warga sipil tak berdosa,” imbuhnya.

Sorotan dan perdebatan

Keberangkatan armada Italia dalam Global Freedom Flotilla mendapat perhatian luas dari kalangan media, diplomasi, hingga dunia kemanusiaan.

Sejumlah konferensi dan kegiatan digelar sebelumnya, termasuk konferensi pers di Senat Italia yang menghadirkan anggota parlemen Italia dan Eropa.

Dukungan juga datang dari jalanan. Puluhan ribu warga Italia turun ke berbagai kota besar dan kecil, dengan demonstrasi terbesar berlangsung di Genoa.

Namun, partisipasi Italia tidak lepas dari perdebatan politik dalam negeri. Koalisi kanan yang berkuasa di bawah Perdana Menteri Giorgia Meloni berhadapan dengan oposisi kiri, terutama Partai Demokrat yang dipimpin Elly Schlein.

Perdebatan berpusat pada satu hal: sejauh mana pemerintah Italia bisa menjamin keamanan warganya dari kemungkinan serangan Israel.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular