Monday, September 15, 2025
HomeBeritaHamas: KTT darurat di Doha simbol dukungan untuk Qatar

Hamas: KTT darurat di Doha simbol dukungan untuk Qatar

Hamas menilai penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Arab–Islam darurat di Doha, Senin (16/9), memiliki makna mendalam dalam meneguhkan dukungan terhadap Qatar, sekaligus memperkuat keamanan dan stabilitas negara itu.

Anggota Biro Politik Hamas, Basem Naim, menyebut pertemuan itu sebagai momen krusial, bukan hanya bagi Qatar, tetapi juga bagi kawasan dan dunia.

“Kepemimpinan Arab dan Islam bertekad menggelar KTT darurat ini di Doha untuk membahas ancaman besar yang ditimbulkan oleh agresi teroris Israel terhadap Qatar,” ujarnya dalam keterangan pers.

Sehari sebelum puncak pertemuan, para menteri luar negeri negara anggota Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) lebih dahulu menggelar sidang persiapan, dipimpin Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani.

Naim menyebut serangan roket Israel yang menargetkan ibu kota Qatar pekan lalu sebagai “kejahatan pengecut”, sekaligus bukti konsistensi Israel dalam melanggar perjanjian dan norma internasional.

Serangan itu menewaskan lima anggota Hamas, termasuk Humam, putra negosiator senior Khalil al-Hayya, serta stafnya Jihad Labbad, dan tiga pengawalnya.

Seorang anggota pasukan keamanan Qatar, Badr Saad Mohammed al-Dosari, juga gugur.

“Kami mendoakan para syuhada agresi pengecut ini, semoga keluarga mereka diberi ketabahan. Kami juga berdoa untuk kesembuhan para korban luka, serta keselamatan Qatar—pemimpin dan rakyatnya—agar senantiasa diberi keamanan, stabilitas, dan kemakmuran,” kata Naim.

Dalam pernyataannya, Naim menegaskan bahwa kawasan Arab dan dunia kini berada di persimpangan sejarah.

Menurutnya, pilihan yang tersedia jelas: membiarkan Israel terus bertindak sewenang-wenang dengan proyek “Israel Raya” yang berulang kali diumumkan para pemimpinnya.

Atau, lanjutnya, membangun kekuatan kolektif untuk menghentikan apa yang ia sebut sebagai “hukum rimba” yang dipaksakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan kabinetnya.

“Kami berharap KTT ini menghasilkan sikap Arab–Islam yang tegas dan bersatu, dengan langkah nyata: menghentikan agresi dan genosida di Gaza, mencabut blokade, memutus segala bentuk hubungan dengan entitas Israel, serta menuntut pertanggungjawaban atas kejahatan perang yang dilakukannya,” tegas Naim.

Ia menambahkan, stabilitas kawasan dan dunia tidak mungkin tercapai tanpa mengakhiri pendudukan Israel.

Selain itu, juga menegakkan hak sah rakyat Palestina, yakni berdirinya negara merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kota dan hak kembali bagi para pengungsi.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular