Operasi militer yang diumumkan Israel dua hari lalu untuk menguasai Kota Gaza tidak dapat disebut sebagai operasi darat penuh dalam pengertian militer.
Menurut analis militer, Kolonel (Purn) Nidal Abu Zaid, gerakan yang dilakukan pasukan Israel sejauh ini lebih mirip penetrasi terbatas untuk menguji respons perlawanan Palestina.
Abu Zaid menegaskan, dari sudut pandang militer, tidak tepat mengerahkan dua divisi lebih dulu kemudian menyusulkan divisi ketiga.
Pasukan untuk operasi darat seharusnya lengkap dan siap di garis awal sebelum operasi diluncurkan.
Dalam operasi yang oleh Israel diberi nama “Arabat Gideon 2”, kondisi militer berbeda dari operasi-operasi sebelumnya.
Pasukan Israel melakukan infiltrasi terbatas dan menghadapi kekurangan personel sekitar 30 persen dari kebutuhan untuk menduduki seluruh Gaza.
Militer Israel sebenarnya meminta pengerahan 60.000 tentara cadangan. Namun, hanya sekitar 70 persen dari jumlah itu yang terpenuhi.
Dengan demikian, Israel harus menutup kekurangan tersebut dengan pasukan reguler, jelas Abu Zaid.
Ia menilai lambatnya operasi kali ini disebabkan oleh dua hal: dominasi keputusan politik atas pertimbangan militer, serta menyusutnya jumlah pasukan dan perlengkapan tempur.
Sementara itu, Kanal 12 Israel melaporkan bahwa militer tengah mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan pasukan perlawanan Palestina menyandera tentara Israel selama operasi di Gaza.
Dalam forum Komite Pengawas Negara di Knesset, Kepala Direktorat Sumber Daya Manusia Militer Israel, Dado Bar Kalifa, mengakui bahwa pasukan masih membutuhkan 12.000 personel tambahan, termasuk 7.000 prajurit tempur.
Untuk itu, militer menargetkan perekrutan 4.800 tentara dari komunitas Yahudi ultraortodoks (Haredi).
Di sisi lain, mantan Kepala Operasi Militer Israel, Jenderal Yisrael Ziv, menyatakan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu—yang saat ini berstatus buronan di Mahkamah Pidana Internasional—sedang mencari gambaran kemenangan yang sebenarnya tidak ada. Menurut Ziv, perang ini semestinya sudah dihentikan jauh sebelumnya.